Membahas pendidikan negeri ini tidak ada habisnya. Sebagai salah satu kebutuhan mendasar masyarakat, perlu kebijakan dalam pelaksanaannya. Dari berbagai kebijakan yang ada, sistem zonasi sekolah menjadi yang cukup banyak mendapat sorotan. Mengapa demikian?
Kebijakan sistem zonasi diberlakukan dengan tujuan yang baik. Sistem ini digadang-gadang bisa memecah pendidikan yang dianggap belum merata. Dimana selama ini para siswa banyak yang terkumpul pada sekolah favorit. Yaitu sekolah yang dianggap lebih unggul daripada sekolah lainnya.
Dengan menuai banyak pro-kontra, apakah benar sistem ini akan menjadikan pendidikan lebih merata?
Sistem Zonasi Sekolah, Seperti Apa?
Pelaksanaan sistem zonasi sekolah didasari oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Kejuruan dan yang sederajat.
Dengan demikian, sistem ini mengatur PPDB sekolah negeri milik pemerintah daerah agar wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah paling sedikit sebesar 90 dari total keseluruhan peserta didik yang diterima.
Maka anak yang sudah masuk usia sekolah, harus mendaftar di sekolah yang berada pada zonasi tertentu dari domisilinya. Meski sekolah yang di daerah zonasinya dianggap kurang unggul dibanding sekolah yang ada di luar zonasi, anak tersebut harus mendaftar ke sekolah dalam zonasinya.
Sistem zonasi sekolah ini bermaksud agar terjadi pemerataan dalam dunia pendidikan. Sebab anak-anak akan belajar pada sekolah di masing-masing zonasinya. Meski tujuan ini baik, pada daerah yang padat penduduk menjadi rawan terjadi kasus tawuran pelajar.
jika ditelaah lebih lanjut, sistem zonasi ini berkaitan erat dengan pertumbuhan pendudukan suatu daerah. Sebab pertumbuhan yang merata pada setiap daerah, akan berimbas pada perataan peserta didik.
Dengan melihat berbagai fakta di lapangan, maka tidak mengherankan jika sistem ini menimbulkan banyak pro-kontra. Dimana hal itu menjadi dasar akan perlunya setiap kebijakan dibersamai dengan evaluasi.
Pemerataan Pendidikan, Harusnya Bagaimana?
Secara sepintas sistem zonasi sekolah terlihat baik. Sebab memang pada dasarnya jika anak sekolah terkumpul pada sekolah favorit, imbasnya akan menimbulkan kesenjangan pendidikan.
Namun ada hal mendasar yang perlu dilakukan evaluasi, yakni mengapa ada sekolah favorit? Tentu sebuah sekolah mendapatkan predikat sekolah favorit dan bisa menarik antusias peserta didik ada sebabnya.
Dengan demikian untuk melakukan pemerataan pendidikan perlu didukung peningkatan kualitas sumber daya. Saat para guru sebagai sumber daya penggerak pendidikan memiliki kualitas unggul, tentu akan menjadikan sekolah unggul.
Pemerintah perlu melihat fakta ini. Saat ini banyak guru berkualitas yang terkumpul dalam satuan pendidikan tertentu. Sedangkan pada satuan pendidikan lain, guru yang dimiliki tidak sama dalam hal kualitas dengan guru di sekolah favorit.
Selain penerapan kurikulum nasional, upaya peningkatan kualitas pendidikan juga perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya. Sebab pada pada dasarnya kurikulum dan sumber daya bagaikan satuan yang tak terpisahkan.
Saat kualitas guru antar sekolah satu dengan yang lain sama, maka tidak ada sekolah maju maupun tertinggal. Terlebih jika perhatian pemerintah yang diberikan pada setiap sekolah sama. Maka unggulnya sekolah satu dengan yang lain tidak akan jauh berbeda.
Dampak Sistem Zonasi Sekolah
Penerapan sistem zonasi telah terlihat dampaknya dalam dunia pendidikan. Dan berikut beberapa dampak tersebut:
1. Daerah Tertinggal Minim Siswa
Pertama sebagaimana yang telah disinggung di atas, pemerataan siswa berkaitan erat dengan pertumbuhan suatu daerah. Jika ada daerah yang memiliki pertumbuhan lambat, maka otomatis sekolah yang ada di zonasi tersebut akan minim jumlah siswa.
Saat ini masyarakat cenderung bertempat tinggal pada daerah dengan lapangan kerja tinggi. Semakin besar potensi kerja pada suatu daerah, maka semakin banyak penduduknya. Hal ini berimbas pada penerimaan siswa baru.
Dalam kasus SMA Negeri di Jogja misalkan. Sebab Kota Jogja memiliki jumlah penduduk tinggi, maka penerimaan siswa di jenjang SMA dapat dikatakan cukup merata. Berbeda pada daerah terluar yang jumlah penduduknya masih sedikit.
2. Pembatasan Kualitas Peserta Didik
Selanjutnya dampak yang nyata dari pelaksanaan sistem zonasi sekolah adalah terbatasnya akses peningkatan kualitas peserta didik. Sebab seringkali dijumpai peserta didik berkualitas yang berasal dari daerah terluar.
Dengan adanya zonasi, anak-anak yang memiliki kemampuan lebih akan terbatas perkembangannya. Sebab sekolah di zonasinya tidak memiliki kapasitas yang menunjang kompetensinya, akhirnya dirinya terperangkap.
Padahal jika anak tersebut bisa mengakses sekolah yang sesuai, maka perkembangannya akan lebih baik. Dan output pendidikan yang berkualitas akan bermanfaat bagi tumbuhnya bangsa ini.
3. Menghambat Mobilitas dan Pertumbuhan Daerah
Pertumbuhan pendidikan pada suatu daerah berimbas pada mobilitas dan pertumbuhan daerah. Sedangkan sistem zonasi sekolah, akan menghambat mobilitas dan pertumbuhan suatu daerah. Sebab tidak ada jaminan penerapan sistem zonasi berhasil.
Jika tidak ada sistem zonasi, anak-anak bisa sekolah di sekolah yang sesuai minat mereka. Dan hal ini akan mendorong terjadinya mobilitas. Imbasnya selain mendapat ilmu yang sesuai, anak-anak juga akan mendapat pengalaman yang berbeda dari daerah tempat asalnya.
Jika kembali ke daerah asal, hal itu akan bermanfaat untuk memaksimalkan pertumbuhan daerahnya. Sebab kemajuan sebuah daerah juga dipengaruhi oleh pengaruh dan pengalaman putra daerah dari tempat lain.
Selain beberapa dampak di atas, tentu masih banyak dampak lain dari penerapan sistem zonasi sekolah. Dimana dampak-dampak tersebut bisa dijadikan referensi pihak yang berwenang untuk melakukan evaluasi.
Demikian sedikit ulasan mengenai sistem zonasi sekolah. Pada dasarnya membuat kebijakan memang tidaklah mudah.
Perlu data dan pengkajian mendasar untuk kebijakan yang lebih bijaksana. Sehingga selain mencapai target, penerapan kebijakan pun berdampak baik pada berbagai lini.