Menyimak Fenomena Inden PPDB yang Mulai Marak di Jogja

Photo of author

Ditulis oleh Dila Arini

I'm the best served with coffee and a side of sarcasm

Bisa dikatakan, saat ini, kesadaran orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya memang semakin tinggi. Banyak yang cara yang coba dilakukan, mulai dari melakukan survei sekolah dari jauh-jauh hari, bahkan hingga inden PPDB.

Seperti namanya, inden merupakan proses memesan terlebih dahulu. Sebelumnya, istilah ini lebih tertuju pada pembelian sebuah properti, namun kini inden juga sudah dilakukan oleh orang tua yang sengaja memesan atau mendaftarkan sekolah anaknya pada jauh-jauh hari.

Lalu, apakah sebenarnya fenomena inden PPDB ini normal terjadi? Yuk, kita ulas bersama-sama.

Mengulik Fenomena Inden PPDB, Mulai Sering Ditemukan di Kota Besar

Potret kegiatan MPLS peserta didik baru, Sumber: mtsmuhkarangkajen.sch.id
Potret kegiatan MPLS peserta didik baru, Sumber: mtsmuhkarangkajen.sch.id

Tidak bisa dipungkiri memang jika kota-kota besar memiliki lebih banyak pilihan sekolah dengan kualitas terjamin dibandingkan dengan kota-kota terpencil. Misalnya saja, di Jogja sudah ada beberapa sekolah berbasis Islam yang cukup terkenal.

Pada awalnya, inden PPDB ini dimaksudkan agar bisa meningkatkan efisiensi proses penerimaan siswa baru di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Sistem ini dirancang sedemikian rupa agar bisa memberikan kemudahan bagi calon murid dan calon wali murid ketika akan mendaftar sekolah baru.

Seperti yang diketahui, pada proses penerimaan peserta didik baru ada cukup banyak syarat yang harus dipenuhi. Sehingga, setiap tahunnya tidak sedikit calon murid dan calon wali murid yang merasa kesulitan ketika akan mendaftar ke sekolah baru.

Kerumitan ini pun biasanya dirasakan pada setiap jenjang sekolah. Mulai dari PAUD atau TK, sekolah SD swasta di Jogja ataupun negeri, SMP dan hingga SMA.

Alasan Mulai Banyak Calon Murid dan Calon Wali Murid Memilih Sistem PPDB Inden

Maraknya inden Penerimaan Peserta Didik Baru, Sumber: kompas.com
Maraknya inden Penerimaan Peserta Didik Baru, Sumber: kompas.com

Bagi Sedulur Yogyaku yang baru pertama kali mendengar tentang inden PPDB mungkin sedikit bertanya-tanya, mengapa orang tua mau mendaftarkan anaknya jauh sebelum waktu anak mereka masuk sekolah.

Nah, beberapa alasan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Jalur Inden Biasanya Bebas Tes

Meski tidak semua sekolah melakukan sistem ini, namun sudah ada beberapa sekolah favorit yang menyatakan bebas tes jika calon muridnya mendaftar PPDB inden.

Salah satu alasannya adalah, pihak sekolah percaya bahwa calon murid yang inden sudah menargetkan sekolah tertentu, sehingga mau tidak mau mereka harus memiliki kemampuan dasar agar bisa bersaing di sekolah tersebut.

2. Mendapatkan Potongan Harga

Alasan lain yang membuat calon murid atau calon wali murid untuk mengikuti inden PPDB adalah adanya potongan harga. Contohnya, ada beberapa sekolah yang memberikan potongan biaya sekitar 10 hingga 15% dari biaya yang semestinya.

Potongan harga ini tentu menjadi penawaran yang menggiurkan bagi orang tua. Mengingat, ada banyak sekali hal yang harus dipersiapkan ketika anak akan masuk ke sekolah baru.

3. Pelayanan Ekstra

Selain mendapatkan potongan harga, beberapa sekolah juga menyediakan one day service untuk inden PPDB. Dimana, dalam satu hari saja, calon murid bisa melakukan pendaftaran, pembayaran, bahkan sudah ada yang bisa mengambil seragam sekolah di hari yang sama.

Pelayanan ekstra semacam ini tentu akan memudahkan calon wali murid yang memiliki kesibukan padat setiap harinya. Terlebih lagi, biasanya waktu pendaftaran inden PPDB lebih fleksibel dibanding pendaftaran dengan jalur biasa.

Dari beberapa kemudahan yang sudah disebutkan di atas, tentu tidak heran jika semakin banyak orang yang memilih sistem inden. Namun, ternyata ada juga beberapa alasan yang menyebabkan sistem ini masih kurang cocok diterapkan di Indonesia. 

Alasan Inden PPDB Gagal atau Kurang Cocok Dilaksanakan di Indonesia

PPDB dengan berbagai persyaratannya, Sumber: fin.co.id
PPDB dengan berbagai persyaratannya, Sumber: fin.co.id

Dianggap memiliki banyak kemudahan, semakin ke sini memang semakin banyak calon murid yang memilih untuk mencoba inden PPDB. Namun, ternyata sistem ini belum sepenuhnya sempurna.

Nah, berikut beberapa alasan yang membuat sistem ini masih kurang cocok untuk diterapkan.

1. Kehilangan Keunikan Tahunan

Meski dianggap rumit, namun banyak juga yang setuju bahwa proses penerimaan peserta didik baru merupakan salah satu fenomena yang unik. Selain itu, karena semakin banyak sekolah yang menerapkan sistem ini, maka citra eksklusif yang coba dibangun sebelumnya pun semakin terasa biasa.

Tujuan untuk memberikan efisiensi pada calon peserta didik baru pun disadari atau tidak disadari seakan memudar. Belum lagi adanya potensi berkurangnya partisipasi wali murid dalam mendaftar sekolah yang semakin berkurang.

2. Kurang Inovasi

Bukan hanya tentang keunikan tahunan yang memudar, banyak pula sekolah yang kurang melakukan inovasi. Sebut saja minimnya penyesuaian yang dilakukan terhadap kebutuhan lokal mereka.

3. Teknologi yang Belum Siap

Alasan lain yang membuat inden PPDB dirasa belum sepenuhnya cocok dilakukan adalah kesiapan teknologi yang belum merata, terlebih di kalangan wali murid. Contohnya masih ada kesenjangan kepemilikan ponsel pada setiap wali murid.

Hal ini mau tidak mau berpengaruh terhadap akses informasi yang dimiliki oleh wali murid. Jika ketinggalan satu informasi saja, bukan tidak mungkin proses selanjutnya dalam pendaftaran akan terganggu.

Nah, itulah beberapa pembahasan tentang inden PPDB yang belakangan ini mulai ramai diperbincangkan. Dengan informasi tersebut, Sedulur Yogyaku diharapkan bisa lebih bijak memilih sistem dan sekolah mana yang akan dipilihkan untuk sang anak kelak.

Sembari mempertimbangkannya, jangan lengah untuk terus mengajari anak agar bisa mengikuti pelajaran atau sekolah yang masih ditempuh saat. Jangan sampai fenomena siswa SMP tidak bisa membaca menghampiri anak Sedulur Yogyaku.

Jadi, apakah Sedulur Yogyaku tertarik untuk mengikuti inden PPDB, atau malah lebih memilih jalur penerimaan siswa baru yang biasa?