Kasus Klitih di Jogja Masih Tinggi, Tanggungjawab Siapa?

Photo of author

Ditulis oleh Adnan AY

Freelance content writer di Zeka Digital. Tertarik dengan sejarah, isu politik, peternakan dan pertanian. Belajar dan menuangkan inspirasi dari dan pada hal-hal itu membuatku lebih bersemangat.

Kasus klitih di Jogja hingga kini belum juga dapat terselesaikan. Selain mencoreng citra baik Kota Jogja, hal itu tentu juga meresahkan. Jika tidak segera diselesaikan, bisa jadi orang akan takut untuk berkunjung. Slogan Jogja berhati nyaman pun lambat laun hanya tinggal tulisan.

Klitik menjadi salah satu tindak kenakalan remaja yang berat. Pasalnya kerugian yang ditimbulkannya tidak main-main. Jika tidak beruntung, bisa jadi korbannya akan kehilangan nyawa. Seperti pada kasus-kasus yang sudah terjadi.

Lantas kasus klitih ini sebenarnya menjadi tanggungjawab siapa? Apakah hanya menjadi tanggungjawab Pemerintah? Simak ulasan berikut untuk penanganan yang lebih optimal.

Kasus Klitih di Jogja

Kasus Klitih di Jogja, Sumber: detik.com
Kasus Klitih di Jogja, Sumber: detik.com

Meski terbilang kasus baru, fenomena klitih telah menjadi teror tersendiri. Tidak hanya bagi warga Kota Jogja khususnya, namun juga kepada setiap wisatawan yang berkunjung.

Pasalnya dalam melakukan aksinya, para pelaku klitih tidak pandang bulu. Baik laki-laki maupun perempuan, tidak lepas dari sasaran mereka. Dan baik dilatarbelakangi masalah atau tidak, pelaku klitih tidak peduli dalam memilih korban.

Meski Pemerintah telah melakukan penanganan, namun kasus ini tidak kunjung menurun. Bahkan hingga bulan Juli tahun ini saja, beberapa kasus masih saja terjadi.

Beberapa kasus terakhir yang cukup menghebohkan adalah yang menimpa driver ojol dan seorang mahasiswi. Dimana driver ojol terkena sabetan celurit di daerah Kabupaten Bantul. Sedangkan mahasiswi yang terkena kasus klitih terjadi di daerah Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Mirisnya meski driver ojol tidak meninggal dunia, namun luka yang didapatkan cukup serius. Pasalnya senjata tajam yang digunakan pelaku mengenai bahu bagian kanan korban. Senjata tajam tersebut bahkan masih menancap pada korban sebelum dilakukan penanganan medis.

Dan yang lebih mencengangkan adalah kasus yang menimpa mahasiswi. Pasalnya meski senjata tajam tidak sampai mengenainya, namun korban akhirnya meninggal dunia. Sebab gegara menghindar dari sabetan senjata tajam, mahasiswi tersebut mengalami kecelakaan tunggal.

Kasus yang terjadi di atas tentu akan kembali terjadi jika tidak dilakukan penanganan. Terlebih beberapa waktu yang lalu Kemenparekraf telah menyoroti maraknya kasus klitih di Jogja. Bahkan Sandiaga Uno sendiri telah menginstruksikan tindak tegas kepada setiap pelaku klitih.

Didominasi Generasi Muda

Keterlibatan generasi muda, Sumber: jpnn.com
Keterlibatan generasi muda, Sumber: jpnn.com

Kasus kejahatan yang terjadi umumnya dilakukan oleh mereka yang telah menginjak usia dewasa. Dan beberapa diantaranya seringkali dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi.

Tetapi untuk kasus klitih di Jogja terasa ganjil. Sebab dari banyaknya pelaku yang berhasil ditangkap, rata-rata didominasi oleh para generasi muda. Dalam kasus yang menimpa driver ojol di Bantul kemarin misalnya, setelah tertangkap ternyata pelakunya masih remaja.

Hal ini tentu mengkhawatirkan. Sebab biasanya generasi muda hanya terlibat dalam kasus tawuran pelajar. Jika tidak, biasanya mereka hanya melakukan kenakalan yang tidak memberi kerugian besar seperti klitih.

Kenyataan tersebut sejatinya melukai segenap warga Kota Jogja. Sebab Kota Jogja telah menyandang predikat sebagai Kota Pendidikan. Jika generasi muda banyak yang melakukan tindakan klitih, seakan hal itu menjadi tolok ukur.

Bisa jadi orang luar pada akhirnya akan menilai Kota Jogja tidak seperti predikat yang disandangnya. Mana mungkin sebuah tempat yang diberi gelar Kota Pelajar akan menghasilkan output para pelaku kriminal. Jauh dari etika seorang pelajar yang memiliki pengetahuan.

Semestinya seorang pelajar akan saling menghargai. Seorang pelajar sepatutnya menghormati yang lebih tua. Seorang pelajar seyogyanya memahami makna kasih sayang. Memang pelajar adalah generasi muda yang dalam pencarian jati diri, tetapi memahami jati diri tidak akan didapatkan dengan klitih.

Dan meski didominasi oleh generasi muda, akan lebih baik jika hukuman bagi pelaku klitih disesuaikan. Sebab kerugian yang ditimbulkan hingga menghilangkan nyawa, maka tidak akan membuat jera jika hukuman tidak sesuai.

Hukuman sejatinya akan melahirkan pembelajaran. Jika sebuah hukuman terasa berat, tentu efeknya akan membuat calon pelaku selanjutnya takut. Dan bagi pelaku yang telah mendapat hukuman menjadi jera.

Kasus Klitih Tangggungjawab Siapa?

Jogja Darurat Klitih, Sumber: tstatic.net
Jogja Darurat Klitih, Sumber: tstatic.net

Kasus klitih di Jogja pada dasarnya perlu dilakukan kajian lebih mendalam. Sebab jika hanya menyalahkan satu pihak, maka tidak akan adil. Sebab sejatinya kasus klitih bukan karena hanya salah pelaku, orang tua pelaku, atau pun Pemerintah setempat.

Jika diurai, sejatinya kasus klitih akan menjalar ke berbagai aspek. Mulai dari keluarga, lingkungan, pendidikan, aparat penegak hukum, bahkan hingga Pemerintah.

Dalam aspek keluarga misalkan. Tidak sedikit dari para pelaku klitih berasal dari keluarga broken home. Atau jika tidak, mereka banyak yang berasal dari keluarga yang belum maksimal dalam melakukan peran keluarga.

Dalam aspek pendidikan misalkan. Banyak pelaku klitih yang berasal dari mereka yang tidak memiliki latar pendidikan dengan baik. Sebab biaya pendidikan semakin mahal, akhirnya mereka berhenti di tengah jalan. Akhirnya bergabung dengan lingkungan yang mengajarkan tindak kekerasan.

Atau dalam aspek penegak hukum dan Pemerintah misalkan. Bisa jadi hukuman yang diberikan penegak hukum terlalu lemah. Sehingga mereka yang tertangkap akhirnya kembali berulah setelah dibebaskan. Dan Pemerintah seakan tidak mengkaji ulang terkait pemberian hukuman tersebut.

Dengan demikian jika dipertanyakan sebenarnya kasus klitih di Jogja menjadi tanggungjawab siapa maka jawabannya sudah jelas. Kasus klitih di Kota Jogja sebetulnya menjadi tanggungjawab bersama.

Dimulai dari aspek terkecil, yaitu keluarga. Kemudian lingkungan, para penyelenggara pendidikan, penegak hukum dan Pemerintah. Semua aspek tersebut selayaknya bekerja sama untuk menuntaskan kasus klitih.

Perlahan namun pasti, adanya kebersamaan dalam mengatasi masalah tentu akan membuahkan hasil. Tidak seperti yang biasa terjadi. Yakni terus menyalahkan satu pihak tanpa mencari solusi bersama.

Generasi muda bukan hanya soal anak siapa. Namun generasi muda pada akhirnya akan menjadi generasi bangsa. Dimana perjuangan bangsa Indonesia nantinya akan diisi oleh mereka. Jika tidak diarahkan mulai sekarang, lalu kapan lagi?