Legomoro, Panganan Khas Kotagede yang Dulunya Tidak Dijual Bebas

Photo of author

Ditulis oleh Nurul Hidayani

Seorang content writer yang selalu tertarik dengan cerita sejarah dan punya hobi memasak

Legomoro merupakan salah satu kuliner legendaris yang berasal dari Kotagede, Yogyakarta. Makanan yang memiliki bentuk seperti lemper ini ternyata bukan cemilan sembarangan, karena memiliki nilai filosofis mendalam.

Kotagede sendiri terkenal sebagai kawasan peninggalan sejarah yang memiliki sederet kuliner tradisional termasuk kue kipo  yang mulai langka saat ini. Demikian pula legomoro, Sedulur Yogyaku mungkin akan cukup sulit menemukannya di tempat lainnya karena kuliner ini hanya dijual di tempat tertentu saja. 

Mau tahu lebih jauh tentang makanan ini? Berikut ulasannya.

Jajanan Khas Kotagede yang Sempat Tidak Dijual Bebas

Legomoro jajanan khas Kotagede Jogja, Sumber: serikatnews.com
Legomoro jajanan khas Kotagede Jogja, Sumber: serikatnews.com

Kepopulerannya memang kalah dibandingkan dengan makanan tradisional Kotagede lainnya seperti Kipo. Namun siapa sangka ternyata makanan ini menyimpan makna filosofis yang positif. 

Sebelumnya, Dinas Kebudayaan Kota Jogja sempat mengusulkan tiga makanan khas yang berasal dari Kotagede sebagai bagian dari warisan budaya tak benda. Ketiga makanan tersebut cukup terkenal di kalangan masyarakat Kotagede, yakni kipo, legomoro dan ukel. 

Kudapan ini dahulu tidak dijual bebas di pasar dan hanya bisa ditemui di acara hajatan pernikahan saja. Biasanya makanan ini digunakan sebagai bagian dari hantaran yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan.

Sekarang, Sedulur Yogyaku dapat menemukan penjual legomoro di kawasan Kotagede, terutama di Pasar Kotagede. Biasanya kudapan ini dijual seharga Rp 3 ribuan per bijinya. 

Namun untuk seserahan acara pernikahan harganya bisa lebih mahal. Sedulur Yogyaku dapat membelinya per ikat yang terdiri dari tiga hingga empat buah dengan harga Rp 12 ribuan per ikatnya.

Sedangkan penamaan legomoro ini memiliki makna “Lego” dalam bahasa Jawa bisa diartikan sebagai lega atau ikhlas dan “Moro” bisa diartikan sebagai datang. Jadi, kudapan satu ini bisa bermakna hati yang lega atau ikhlas sudah berkenan hadir ke tempat mempelai perempuan.

Kedatangan dengan kelegaan hati di mana pihak penerima tamu pun menerima secara ikhlas. 

Selain dihidangkan di acara pernikahan, Legomoro juga biasa disajikan pada saat hari raya Idul Fitri. Hidangan ini menjadi simbol sebagai pengharapan agar semua tamu yang berkunjung ke rumah akan memiliki hati yang lega setelah saling maaf memaafkan.

Legomoro dan Lemper, Apa Bedanya?

Kudapan dengan harga terjangkau, Sumber: jogja.idntimes.com
Kudapan dengan harga terjangkau, Sumber: jogja.idntimes.com

Dari segi tampilan, kedua kuliner tradisional ini memang tampak mirip, sama-sama terbuat dari bahan ketan dengan isian berupa daging ayam. 

Keduanya juga dibungkus dengan daun pisang sebagai ciri khas makanan lokal zaman dahulu. Daun pisang yang digunakan pun tak bisa sembarangan, melainkan daun pisang klutuk yang menambah citarasa gurih di kudapan ini.

Bedanya, lemper dibungkus daun pisang dan direkatkan dengan dua lidi kecil di sisi kanan dan kiri. Sedangkan legomoro justru direkatkan menggunakan tali terbuat dari bambu tipis yang disebut tutus. Cara mengikatnya pun unik, ada yang menggunakan tiga tali bambu, ada pula yang memakai dua tali bambu.

Hidangan Langka yang Penjualnya Terbatas

Dibuat dari ketan dengan isian daging ayam, Sumber: portaljogja.pikiran-rakyat.com
Dibuat dari ketan dengan isian daging ayam, Sumber: portaljogja.pikiran-rakyat.com

Selain membelinya langsung di Pasar Legi Kotagede, ternyata kini Sedulur Yogyaku juga bisa membeli legomoro secara online.

Untuk pembelian online biasanya satu paketnya berisi 16 buah legomoro dengan harga sekitar Rp 90 ribuan. Legomoro yang dibeli secara online tetap menggunakan bumbu rempah dan dimasak tanpa bahan pengawet. 

Namun paling mantap memang membelinya langsung dari penjual yang menyediakan makanan ini dalam versi fresh.

Salah satu pembuat legomoro yang cukup terkenal di Kotagede adalah Ibu Sarjimah yang sudah memproduksi legomoro sejak tahun 70an. Satu hal yang membuat legomoro buatan Bu Sarjimah disukai banyak pelanggan adalah isian daging ayamnya yang melimpah dibandingkan legomoro lainnya.

Pembuat legomoro ini beralamat di Selokraman 1052/KGIII, RT. 49/11 Purbayan, Kotagede. Biasanya legomoro buatan Bu Sarjimah dijual seharga Rp 3 ribu per buah.

Proses Pembuatan Legomoro Secara Tradisional

Rasa gurih yang menggoyang lidah, Sumber: jogja.idntimes.com
Rasa gurih yang menggoyang lidah, Sumber: jogja.idntimes.com

Legomoro yang dijual oleh Bu Sarjimah biasanya memiliki citarasa gurih berkat proses pembuatannya yang masih tradisional. Bahan beras ketan yang digunakan untuk membuat legomoro direndam selama satu jam kemudian dicuci bersih. Beras ketan tersebut kemudian dikukus selama setengah jam, lalu dikaru atau dicampur santan agar terasa gurih.

Ketan yang dikaru tersebut kemudian dikukus kembali sampai benar-benar matang selama satu jam. Setelah matang, ketan diangkat dan dibentuk dengan tangan menjadi legomoro. Ketan dikepal sambil dimasukkan daging ayam, kemudian dibungkus menggunakan daun pisang dan diikat dengan tali bambu.

Prosesnya tidak berhenti sampai di situ. Legomoro yang sudah dibungkus dengan daun pisang kemudian dikukus kembali hingga aroma daunnya meresap dan cita rasanya semakin gurih.

Kudapan Lezat Lainnya Asal Kotagede

Bisa dijadikan sebagai oleh-oleh, Sumber: budaya-indonesia.org
Bisa dijadikan sebagai oleh-oleh, Sumber: budaya-indonesia.org

Selain legomoro, Sedulur Yogyaku juga bisa menemukan sejumlah makanan tradisional lainnya di kawasan Kotagede. Sebut saja seperti beberapa makanan berikut ini:

1. Kue Ukel

Kudapan yang satu ini memiliki citarasa manis dari gula dengan tekstur renyah dan empuk. Kue ukel terbuat dari kombinasi santan, gula, tepung, gula dan garam. Sajian yang sudah terkenal sejak tahun 1960 ini tersedia varian rasa coklat dan kacang.

2. Kipo

Kudapan dari Kotagede lainnya yang paling banyak dicari dan terbilang langka adalah kipo. Makanan ini sudah populer sejak abad ke-16 sebagai kudapan favorit Sultan Agung. Meski sempat hilang dari peredaran, kipo yang terbuat dari santan, gula, garam dan pewarna hijau alami ini, sekarang mulai kembali dijajakan di pasar Kotagede.

Selain kedua makanan tradisional di atas, beberapa makanan khas Jogja seperti bakpia hingga yangko juga banyak dicari para pelancong. Beberapa rekomendasi bakpia enak di Jogja adalah Bakpia Pathok 25, Bakpia Kurnia Sari hingga Bakpia Kemusuk 033. 

Bagaimana, tertarik mencicipi kuliner legend legomoro di Kotagede? Segera ajak keluarga dan teman-teman Sedulur Yogyaku untuk menjelajah Kotagede dan nikmati berbagai kuliner lezat yang tersedia!