Menghadapi anak tantrum butuh kesabaran dan pemahaman yang mendalam tentang emosi mereka. Tantrum sering terjadi ketika anak merasa frustasi, lelah, lapar, atau tidak dapat mengungkapkan keinginannya dengan kata-kata.
Pada saat tantrum mereka cenderung meluapkan emosi melalui tangisan, teriakan, atau bahkan perilaku agresif yang sulit dikendalikan. Pola asuh orang tua memiliki peran yang cukup besar dalam membantu si kecil menghadapi situasi ini.
Ciri Anak Tantrum
Tantrum adalah bagian alami dari perkembangan emosi anak dan bukan cerminan dari pola asuh yang kurang baik. Biasanya anak-anak akan mengalami tantrum sekali dalam sehari selama sekitar dua sampai lima belas menit.
Jika berlangsung lebih dari 20 menit atau terjadi lebih dari 5 kali dalam sehari selama beberapa hari berturut-turut maka hal itu bisa menjadi tanda yang tidak normal. Tantrum yang berbahaya ditandai dengan perilaku menyakiti diri sendiri atau orang lain.
Contohnya seperti memukul, menjambak, atau menendang. Ada juga tantrum manipulatif dimana anak menangis keras tanpa henti hingga keinginannya dipenuhi. Sedulur Yogyaku harus bisa membedakan tangisan yang butuh perhatian dengan tangisan manipulatif.
Tips Menghadapi Anak Tantrum
Anak-anak membutuhkan pendampingan yang sabar dan penuh empati untuk memahami bahwa emosi adalah bagian dari kehidupan yang harus dikelola dengan baik. Berikut ini adalah beberapa tips untuk menghadapi anak ketika tantrum:
1. Tenang dan Jangan Panik
Ketika menghadapi anak tantrum sebaiknya Sedulur Yogyaku tetap tenang dan jangan panik. Sikap orang tua akan mempengaruhi suasana hati anak.
Anak yang sedang tantrum biasanya meluapkan emosi secara berlebihan karena mereka belum mampu mengelola perasaan dengan baik.
Jika orang tua ikut panik atau marah, situasi bisa semakin tidak terkendali dan membuat anak merasa lebih stres. Bersikaplah tenang dan beri contoh bahwa tidak semua masalah harus dihadapi dengan ledakan emosi.
Ketenangan orang tua membantu menciptakan suasana yang lebih kondusif untuk menenangkan anak. Panik hanya akan memperumit keadaan, sementara ketenangan memberikan ruang bagi anak untuk meredakan emosinya secara perlahan.
2. Abaikan Anak
Sedulur Yogyaku bisa menghadapi anak tantrum dengan cara mengabaikannya. Karena ada anak yang terbiasa menggunakan tantrum sebagai cara untuk menarik perhatian atau mendapatkan keinginannya.
Jika orang tua merespons secara berlebihan, anak mungkin menganggap bahwa tantrum adalah cara efektif untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu Sedulur Yogyaku perlu mengabaikannya namun dengan tetap memastikan bahwa anak dalam kondisi aman.
Mengabaikan tidak berarti meninggalkan mereka sepenuhnya akan tetapi lebih kepada memberikan ruang agar mereka bisa meredakan emosi tanpa gangguan. Dengan begitu anak akan memahami bahwa perilaku negatif tidak menghasilkan apa yang mereka inginkan.
3. Atasi Perilaku Agresifnya
Anak yang sedang mengalami tantrum sering kali meluapkan emosinya melalui perilaku agresif seperti memukul, membanting barang, melempar mainan, atau bahkan menendang apa pun yang ada di sekitarnya.
Tindakan semacam ini berpotensi menimbulkan risiko, baik bagi dirinya maupun orang di sekitarnya. Oleh karena itu, orang tua, terutama ibu perlu segera mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi situasi tersebut.
Cobalah menghentikan gerakannya tanpa menunjukkan amarah. Misalnya dengan memegang tangan atau barang yang hendak dilempar. Selanjutnya bawa anak ke tempat yang lebih aman untuk mengurangi resiko cedera atau kerusakan.
4. Tunjukkan Empati
Menunjukkan empati saat menghadapi anak tantrum sangat penting karena bisa membantu anak merasa dimengerti dan dihargai meskipun mereka sedang dalam kondisi emosi yang tidak stabil.
Empati yang Sedulur Yogyaku berikan akan mereka anggap sebagai sinyal bahwa orang tua memahami apa yang dirasakan anak sehingga anak merasa didukung, bukan disalahkan. Empati juga membantu meredakan emosi anak lebih cepat karena mereka merasa aman.
Misalnya dengan mengatakan, “Ibu tahu kamu kesal karena mainannya rusak,” anak akan merasa perasaannya divalidasi, bukan diabaikan. Hal ini memperkuat hubungan emosional antara orang tua dan anak sekaligus anak belajar mengelola perasaan.
5. Pahami Kebutuhan Anak
Salah satu cara menghadapi anak tantrum adalah dengan memahami kebutuhan dasar yang mungkin sedang tidak terpenuhi. Orang tua perlu mengenali kondisi dan keinginan anak dengan lebih cermat.
Beberapa penyebab anak tantrum adalah merasa lelah, lapar, atau tidak nyaman karena adanya masalah pada pencernaan atau rasa sakit tertentu. Ketika anak menunjukkan tanda-tanda tantrum, sebaiknya segera cari tahu apa yang menjadi penyebabnya.
Jika anak terlihat lesu atau rewel, itu bisa jadi tanda bahwa mereka membutuhkan istirahat. Jika waktu makan sudah lama berlalu, ada kemungkinan mereka merasa lapar.
Jadi Sedulur Yogyaku bisa mengambil langkah cepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan meredakan tantrum.
6. Jangan Mengumbar Janji
Ketika anak tantrum sebaiknya Sedulur Yogyaku menghindari memberikan janji-janji yang tidak pasti. Perlu orang tua ketahui bahwa anak kecil memiliki ingatan yang cukup tajam terhadap janji-janji yang diucapkan oleh kedua orang tuanya.
Jika janji tersebut tidak ditepati mereka akan terus menagih hingga orang tua memenuhi apa yang telah dijanjikan. Hal ini dapat memicu rasa kecewa dan ketidakpercayaan pada anak jika janji tersebut tidak pernah terealisasi.
Memberi janji kosong tanpa niat untuk menepatinya juga menjadi contoh buruk bagi anak. Mereka bisa belajar bahwa mengingkari janji adalah hal yang dapat diterima. Pada akhirnya hal tersebut akan mempengaruhi perilaku mereka di masa depan.
Itulah 6 tips yang bisa Sedulur Yogyaku coba saat menghadapi anak yang sedang tantrum. Dengan menerapkan cara-cara tersebut Sedulur Yogyaku bisa membantu anak belajar mengelola emosinya sekaligus memperkuat hubungan orang tua dan anak.
Jangan lupa terapkan pola asuh yang tepat agar proses pengasuhan lebih efektif. Untuk membantu perkembangan si kecil Sedulur Yogyaku bisa menggunakan aplikasi tumbuh kembang anak agar lebih mudah dan praktis.