Kasus Speech Delay pada Anak Meningkat, Orang Tua Harus Waspada

Photo of author

Ditulis oleh Melynda Dyah

Seorang Content Writer yang membawa semangat dan kreativitas dalam setiap tulisannya. Bekerja untuk Zeka Digital dan untuk diri sendiri.

Kian hari, semakin banyak ditemui kasus speech delay pada anak. Kondisi ini pastinya menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua. Karena keterlambatan dalam berbicara akan berdampak pada perkembangan komunikasi dan sosial anak.

Dilansir dari quarta.id, dari Laman Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM menyebutkan bahwa pada tahun 2023, 5 sampai 10 persen anak di Indonesia mengalami keterlambatan dalam berbicara.

Hal ini menunjukkan bahwa speech delay adalah masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius. Karena secara tidak langsung, keterlambatan bicara akan mempengaruhi kemampuan anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Jika tidak segera diatasi, keterlambatan berbicara memiliki potensi bahaya yang tidak kalah serius seperti bahaya minuman kemasan anak. Sebab, keduanya sama-sama memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak. 

Tanda-Tanda dan Gejala Speech Delay

Meningkatnya kasus speech delay pada anak, Sumber: downtownkidstherapy.com
Meningkatnya kasus speech delay pada anak, Sumber: downtownkidstherapy.com

Normalnya, anak berusia 2 tahun seharusnya sudah mampu menguasai 50 kosa kata dan menggabungkan 2 kata menjadi kalimat sederhana. Namun, tidak untuk anak dengan kondisi speech delay. Berikut, beberapa gejala speech delay, seperti: 

  • Sukar memberikan respon ketika diajak berbicara (baik respon mengedipkan mata, mengangkat tangan, dan sebagainya)
  • Hampir tidak pernah menirukan perkataan yang diucapkan oleh orang lain
  • Kesulitan menyebutkan nama-nama benda yang ada di rumah
  • Lebih sering menunjukkan gestur tubuh daripada berbicara ketika meminta sesuatu
  • Menghindari kontak mata dengan lawan bicara.

Selain itu, beberapa hal di bawah ini juga bisa dijadikan sebagai parameter untuk mengidentifikasi apakah anak mengalami speech delay atau tidak, di antaranya: 

  • Usia 2 tahun. Anak tidak mampu mengucapkan setidaknya 25 kata ataupun tidak mampu menyebutkan nama-nama benda secara benar.
  • Usia 2,5 tahun. Pada usia ini, anak dikatakan speech delay jika tidak mampu menggabungkan frasa dua kata atau tidak mampu mengkombinasikan kata benda dan tidak mampu menyebutkan nama anggota tubuh dengan benar.
  • Usia 3 tahun. Apabila pada usia 3 tahun anak tidak dapat menggunakan 200 kata, kesulitan memahami ucapannya, tidak dapat meminta sesuatu dengan menyebutkan nama, atau tidak mampu menyusun sebuah kalimat.
  • Usia di atas 3 tahun. Ketidakmampuan dalam menirukan maupun mengucapkan kata-kata yang sudah dipelajari sebelumnya, atau tidak bisa menyebutkan nama lengkapnya sendiri dengan benar.

Mengapa Speech Delay pada Anak Bisa Terjadi?

Speech delay dapat mengganggu perkembangan anak, Sumber: ekahospital.com
Speech delay dapat mengganggu perkembangan anak, Sumber: ekahospital.com

Banyak faktor yang menjadi penyebab kondisi speech delay pada anak. Memahami penyebab speech delay adalah langkah pertama yang penting, agar orang tua dapat menentukan tindakan tepat untuk mendukung perkembangan bicara anak. 

Nah, berikut ini adalah beberapa penyebab umum yang dapat mempengaruhi kemampuan bicara pada anak, meliputi: 

1. Gangguan Fungsi Pendengaran

Gangguan fungsi pendengaran adalah satu satu penyebab anak mengalami speech delay yang sayangnya jarang terdeteksi oleh orang tua. Gangguan pendengaran pada anak biasanya ditandai dengan tidak adanya respon ketika mendengar suara.

Padahal, ketika janin di usia 22 minggu sudah bisa mendengar. Itulah mengapa, calon orang tua sangat dianjurkan untuk aktif mengajak janin berbicara sejak masih dalam kandungan. Agar gangguan fungsi pendengaran dapat diminimalisir.

2. Gangguan Fungsi Oromotor dan Struktur Mulut

Speech delay juga dapat disebabkan oleh masalah pada otak yang tidak dapat mengontrol gerakan dan koordinasi bibir, lidah, serta rahang untuk mengeluarkan suara. Bahkan gangguan ini tidak sebatas menyebabkan speech delay

Melainkan juga kerap kali memberikan dampak terhadap cara makan pada anak. Selain gangguan area otak, masalah struktur mulut seperti bibir sumbing juga dapat menyebabkan gangguan pada gerakan lidah untuk memproduksi suara.

3. Kondisi Medis di Kandungan atau Baru Lahir

Kondisi medis selama anak di dalam kandungan maupun baru lahir juga menjadi penyebab dari speech delay. Beberapa kondisi media pada bayi dapat berpotensi menyebabkan keterlambatan bicara, seperti: 

  • Berat badan lahir rendah (BBLR)
  • Kelahiran prematur
  • Bayi kuning
  • Tidak mendapatkan cukup oksigen ketika lahir (asfiksia)
  • Hipotiroid kongenital yang tidak terdeteksi, sehingga tidak mendapatkan pengobatan

Oleh karena itu, untuk meminimalisir kondisi medis pada bayi yang berpotensi menyebabkan speech delay, calon orang tua bisa melakukan pemeriksaan di klinik USG murah untuk tahu bagaimana kondisi janin di dalam kandungan. 

4. Terlalu Banyak Screen Time

Perlu diketahui, anak belajar berbicara melalui interaksi dengan orang lain. Ketika masa tumbuh kembangnya diisi screen time (menonton TV & tayangan YouTube), maka kemampuan komunikasi anak berisiko tidak berkembang dengan baik. 

Karena, ketika screen time tersebut anak hanya mendapat stimulasi berbicara satu arah. Sementara anak membutuhkan komunikasi dua arah agar kemampuan berbicaranya berkembang dengan baik sesuai usianya.

Jadi, pastikan untuk memberikan stimulasi kepada anak di masa perkembangannya. Ajak anak untuk aktif berbicara meskipun belum dapat merespon. Dan, kurangi screen time, karena tidak memberikan dampak positif bagi perkembangan anak.

Bagaimana Mengatasinya?

Dibutuhkan stimulus dan terapi bicara, Sumber: childspeech.net
Dibutuhkan stimulus dan terapi bicara, Sumber: childspeech.net

Nah, setelah mengetahui ulasan di atas, apakah Sedulur Yogyaku mulai memikirkan bagaimana cara mengatasi speech delay pada anak yang efektif? Sejatinya, kondisi keterlambatan bicara bisa diatasi dengan beberapa cara.

Apabila anak mengalami gejala dan tanda-tanda adanya speech delay, orang tua bisa berkonsultasi ke klinik DSA terdekat, untuk mengambil langkah tepat. Apakah speech delay anak masih bisa diatasi sendiri atau membutuhkan bantuan ahli.

1. Memberikan Stimulus Bahasa

Jika speech delay pada anak dirasa masih dalam skala ringan, orang tua bisa mengajak anak secara aktif untuk berbicara dan berkomunikasi setiap hari. Orang tua bisa melibatkan anak secara langsung dalam aktivitas komunikasi. 

Seperti bercerita, menyanyi, atau membaca buku bersama. Selain itu, bisa juga dengan melakukan pengulangan kata dan frasa sederhana. Karena hal ini juga dapat menstimulus anak untuk dapat mengenali suara dan kata dengan lebih baik.

2. Mengurangi Screen Time

Screen time adalah salah satu penyebab paling utama terjadinya speech delay pada anak. Jadi, untuk mengatasinya, jauhkan atau kurangi intensitas anak dalam menonton TV, menonton tayangan YouTube, maupun bermain game. 

Sebab, paparan layar yang berlebihan dapat mengganggu perkembangan anak. Ganti aktivitas screen time anak dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak dalam interaksi dua arah. Agar dapat memberikan respon dengan baik.

3. Terapi Bicara

Selain memberikan stimulus secara mandiri kepada anak, orang tua juga bisa meminta bantuan kepada terapis wicara. Mengandalkan ahlinya, dalam hal ini terapis wicara dapat membantu anak mengembangkan kemampuan bicaranya. 

Karena terapis wicara akan membantu anak melalui latihan sesuai dengan kebutuhannya. Terapi ini bisa dilakukan di klinik DSA yang menawarkan layanan terapi maupun pusat-pusat terapi wicara khusus anak.

Sebagai masyarakat yang nantinya akan menjadi orang tua, sudah seharusnya kita perlu meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya perkembangan bicara pada anak. Karena speech delay bukan sekedar persoalan individu.

Melainkan, juga bisa berpotensi menjadi tantangan bagi perkembangan anak secara luas. Dengan pemahaman dan penanganan yang tepat, anak dengan kondisi speech delay dapat berkembang secara lebih optimal. 

Sehingga, orang tua juga merasa lebih tenang serta mampu memberikan nutrisi yang baik untuk menghadapi masa pertumbuhan, perkembangan, bahkan masa depan anak.