Menyimak Tradisi Ibu Hamil di Jawa, Ada Apa Saja?

Photo of author

Ditulis oleh Dila Arini

I'm the best served with coffee and a side of sarcasm

Indonesia khususnya Jawa memang terkenal dengan upacara adat dan tradisi yang sangat beragam. Tradisi tersebut pun sangat beragam, mulai dari tradisi yang berhubungan dengan hal mistis sampai tradisi ibu hamil di Jawa.

Benar sekali, ketika sedang hamil, ibu-ibu di Jogja dan sekitarnya tidak hanya sibuk mencari toko perlengkapan bayi di Jogja yang lengkap dan murah, namun juga memikirkan beberapa tradisi yang harus digelar dalam waktu dekat.

Lalu, apa saja tradisi ibu hamil di Jawa yang masih sering dilaksanakan sampai saat ini? Berikut beberapa diantaranya.

Beberapa Tradisi Ibu Hamil di Jawa yang Masih Dilestarikan Hingga Saat Ini 

Kehamilan merupakan salah satu fase yang menyenangkan sekaligus memberikan tekanan tersendiri bagi yang sedang menjalaninya. Bahkan, tidak jarang juga ibu hamil yang harus bergelut dengan masalah kesehatan mental karena banyaknya ekspektasi dan besarnya perubahan hormon yang terjadi pada tubuh mereka.

Inilah mengapa ada beberapa tradisi ibu hamil yang muncul sejak bertahun-tahun lalu. Selain meminta pertolongan dan kelancaran, diselenggarakannya sebuah tradisi juga seakan memberikan perayaan dan hiburan tersendiri bagi seorang ibu hamil.

Nah, berikut beberapa tradisi ibu hamil di Jawa yang umum ditemui.

1. Mitoni atau Tingkeban

Tradisi Mitoni, Sumber: cahayaislam.id
Tradisi Mitoni, Sumber: cahayaislam.id

Salah satu tradisi bagi ibu hamil yang paling umum di Indonesia adalah tingkepan atau tujuh bulanan. Mitoni atau tingkeban sendiri diambil dari bahasa Jawa “pitu” yang maknanya tujuh.

Seperti namanya, tradisi ini dilaksanakan ketika kehamilan seseorang sudah memasuki usia kandungan tujuh bulan. Tidak hanya itu saja, tradisi ini juga biasanya digelar pada tanggal yang mengandung angka tujuh, bisa tangga 7, 17 ataupun 27.

Ketika menggelar tradisi ibu hamil di Jawa ini, sang punya hajat biasanya perlu menyediakan berbagai macam makanan. Mulai dari rujak dengan tujuh macam buah, tumpeng, bubur, jajanan pasar dan lain sebagainya.

Bukan hanya makanan, pemilik hajat juga perlu menyiapkan berbagai jenis pakaian, air dari tujuh sumber sumur atau mata air, kembang setaman, telur ayam, dan lain sebagainya.

2. Ngebor-ebori

Hidangan bubur sumsum di tradisi Ngebor-ebori, Sumber: promediateknologi.id
Hidangan bubur sumsum di tradisi Ngebor-ebori, Sumber: promediateknologi.id

Jika tingkepan atau mitoni biasanya digelar cukup meriah dan disaksikan oleh banyak orang, maka akan berbeda dengan tradisi ngebor-ebori. Pada tradisi ini, pemilik hajat biasanya hanya perlu menyiapkan bubur sumsum dan beberapa makanan sederhana lainnya.

Tradisi ngebor-ebori biasanya digelar pada saat kehamilan masih berusia 1 hingga 4 bulanan. Acaranya pun cukup sederhana dan hanya digelar di dalam rumah saja. Biasanya, orang yang ikut menyaksikan tradisi ini juga sangat terbatas.

3. Procotan atau Ndadung

Jenang procot, Sumber: promediateknologi.id
Jenang procot, Sumber: promediateknologi.id

Tradisi ibu hamil di Jawa lainnya yang juga masih sering digelar adalah procotan. Procotan biasanya dilaksanakan ketika usia kehamilan sudah mencapai sembilan bulan, alias sudah hampir melahirkan.

Prosesi tradisi satu ini juga cukup unik. Dimana, leher ibu yang akan melahirkan akan diikat dengan longgar dengan dadung atau tali, lalu dituntun oleh suaminya menuju ke kandang sapi atau kerbau.

Meski dianggap unik, namun dengan tradisi ini calon orang tua berharap agar proses melahirkan nantinya akan berjalan mudah dan tidak ada halangan apapun yang bisa membahayakan.

Makanan yang disajikan dalam tradisi ini juga sangat sederhana. Yakni hanya berupa bubur atau jenang yang dibuat dari tepung ketan dan juga santan, kemudian ditambahkan dengan pisang dan gula merah.

Jika sudah matang, bubur tadi akan dibagikan kepada para tetangga. Selain memberikan selamat, para tetangga juga biasanya akan memberikan doa agar proses melahirkan bisa lancar, sekaligus ibu dan bayinya bisa selamat dan sehat.

4. Ndaweti

Tradisi Ndaweti, Sumber: popmama.com
Tradisi Ndaweti, Sumber: popmama.com

Selain dari ketiga tradisi yang sudah disebutkan tadi, ternyata masih ada tradisi ibu hamil di Jawa lainnya yang tidak kalah unik, yakni tradisi ndaweti. Tradisi ini diselenggarakan ketika usia kandungan sudah lebih dari 9 bulan atau sudah melewati HPL, namun masih belum ada tanda-tanda akan melahirkan.

Seperti namanya, menu utama dari tradisi ini adalah dawet plecing yang dibuat menggunakan tepung beras, gula merah dan juga santan. Selanjutnya, dawet akan “dijual” secara simbolis pada anak yang ada di sekitar rumah.

Anak-anak yang ingin mendapatkan dawet ini tidak perlu membelinya dengan uang, melainkan cukup membayarnya dengan pecahan alat rumah tangga atau pecahan genting saja.

Meski dianggap cukup unik, namun tujuan utama dari tradisi ini ialah memohon agar bayi bisa segera lahir dalam keadaan selamat.

5. Tradisi Mapati

Tradisi menyambut kehamilan usia 4 bulan, Sumber: liputan6.com
Tradisi menyambut kehamilan usia 4 bulan, Sumber: liputan6.com

Tradisi terakhir yang juga cukup umum dijumpai adalah mapati. Seperti namanya, tradisi ini dilaksanakan ketika usia kehamilan seseorang sudah menginjak 4 bulan. Usia ini dipilih karena kepercayaan masyarakat bahwa pada usia tersebut bayi sudah diberikan ruh oleh Tuhan yang Maha Esa.

Tradisi mapati juga termasuk salah satu tradisi yang sederhana. Makanan yang dihidangkan pun tak kalah sederhana, sebut saja nasi megono, cenil, wajik, bubur merah putih, arem-arem dan lain sebagainya.

Sama seperti tradisi lainnya, tujuan utama dari mapati adalah mengungkapkan rasa syukur, sekaligus memanjatkan doa agar kehamilan bisa berjalan lancar hingga proses melahirkan kelak.

Itulah beberapa tradisi ibu hamil di Jawa yang ternyata masih dilaksanakan hingga saat ini. Meskipun terkadang dianggap cukup unik, namun nyatanya tradisi semacam ini bisa menjaga keakraban dan silaturahmi pada orang terdekat, sekaligus memberikan ketenangan batin karena mendapatkan doa dari banyak orang.

Menyelenggarakan tradisi semacam ini juga bisa memberikan semangat dan penghiburan pada ibu hamil, yang sedang dipusingkan dengan persiapan melahirkan, mencari klinik DSA terdekat yang cocok, dan lain sebagainya.