Mengenal Tradisi Mapati, Upacara Adat Untuk Ibu hamil

Photo of author

Ditulis oleh Dila Arini

I'm the best served with coffee and a side of sarcasm

Bukan Jawa namanya jika tidak memiliki berbagai macam tradisi yang unik dan menarik. Dari cukup banyaknya jenis tradisi yang ada di Jawa, salah satu yang masih dilestarikan hingga kini adalah tradisi mapati. 

Bagi Sedulur Yogyaku yang masih merasa asing dengan tradisi satu ini, mapati merupakan tradisi yang dilaksanakan bagi ibu hamil. Yang mana, biasanya tradisi mapati ini digelar ketika kehamilan sudah memasuki usia 4 bulan.

Nah, bagi Sedulur Yogyaku yang ingin tahu lebih dalam tentang tradisi di Jawa ini, yuk simak beberapa informasinya di bawah ini.

Tradisi Mapati, Kekayaan Budaya Jawa yang Eksis Hingga Kini 

Tradisi Mapati bagi ibu hamil, Sumber: koropak.co.id
Tradisi Mapati bagi ibu hamil, Sumber: koropak.co.id

Selain mencari rekomendasi toko perlengkapan bayi di Jogja atau kota lainnya, ternyata masih ada banyak hal yang harus dipersiapkan ketika sedang hamil. Mulai dari dokter atau rumah sakit mana yang cocok untuk memeriksakan kandungan hingga tradisi yang perlu dilaksanakan demi menjaga kelestarian budaya.

Bagi ibu hamil yang menetap di Jawa, tentu sudah tidak asing lagi dengan tradisi mapati. Tradisi ini sebenarnya merupakan perayaan dan rasa syukur atas kehamilan yang sedang dijalani.

Seperti yang sudah disebutkan tadi, tradisi ini akan digelar ketika usia kandungan sudah mencapai 4 bulan. Usia ini dipilih karena beberapa alasan, salah satunya adalah ajaran di agama Islam yang menyebutkan bahwa pada usia bulan bayi yang ada di dalam kandungan sudah diberikan ruh oleh Tuhan yang Maha Esa. 

Selain itu, pada usia kandungan itu pula Tuhan yang Maha Esa sudah menugaskan malaikat untuk mulai mencatat perkara yang berkaitan dengan kehidupan bayi nantinya. Perkara tersebut adalah mau, rezeki, jalan hidup dan amal sang bayi.

Meskipun tradisi ini termasuk dalam tradisi yang sederhana, namun kini sudah banyak orang yang merayakannya dengan lebih meriah. Hal ini tentu merupakan salah satu upaya yang positif untuk menjaga salah satu tradisi baik yang ada di Indonesia.

Tujuan Menyelenggarakan Tradisi Mapati 

Tujuan Tradisi Mapati, Sumber: kompasiana.com
Tujuan Tradisi Mapati, Sumber: kompasiana.com

Seperti kebanyakan tradisi yang diselenggarakan di Jawa, salah satu tujuan utamanya adalah mengucapkan rasa syukur atas berkah yang diterima. Dalam tradisi ini sendiri berkah atau rezeki yang diterima berupa calon keturunan.

Selain rasa syukur, tujuan lain dari menyelenggarakan tradisi mapati adalah untuk berdoa dan memohon agar bayi dan ibu yang sedang mengandung selalu dalam keadaan baik, hingga bayi tersebut lahir ke dunia kelak. 

Selain itu, banyak pula yang sengaja memanjatkan doa khusus agar bisa terhindar dari masalah kesehatan mental ketika sedang hamil ataupun baru melahirkan. Sebab, seperti yang diketahui, hamil, melahirkan dan mengurus anak bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan.

Terlepas dari kedua tujuan utama tadi, masyarakat Jawa yang dikenal sangat menjaga tali silaturahmi dan menghargai orang sekitar juga menjadikan tradisi ini sebagai salah satu cara untuk menjaga silaturrahmi.

Beberapa Hidangan yang Umum Disediakan 

Hidangan dalam acara tradisi mapati, Sumber: detik.com
Hidangan dalam acara tradisi mapati, Sumber: detik.com

Sudah bukan hal yang asing lagi rasanya jika setiap tradisi yang digelar di Jawa pasti dilengkapi dengan hidangan menu makanan yang lezat. Untuk tradisi mapati sendiri, menu makanan yang disediakan sebenarnya cukup sederhana.

Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa menu atau jenis makanan yang umumnya disediakan ketika menggelar tradisi ini.

1. Nasi Megono

Mereka yang berasal dari luar Jawa mungkin masih merasa asing dengan jenis nasi yang satu ini. Nasi megono sendiri merupakan hidangan nasi yang sudah dicampur dengan sayur ketika akan disajikan.

Biasanya, nasi megono ini akan ditempatkan di dalam besek atau kemasan lain yang cukup sederhana. Lalu, akan dibagikan kepada tetangga dan orang terdekat. Karena sudah tercampur dengan sayur, maka menyantap nasi megono hanya membutuhkan satu lauk tambahan, atau bahkan tidak menggunakan lauk sama sekali.

2. Bubur Merah Putih

Menu hidangan lain yang paling sering disediakan saat tradisi mapati adalah bubur merah putih. Seperti namanya, bubur ini memang disajikan dengan warna merah dan putih. Dimana, bagian merah biasanya memiliki rasa manis sedangkan bagian putih berasa gurih.

Disajikannya bubur merah putih ini memiliki makna tersendiri. Dimana, orang tua sang bayi berharap agar calon anak mereka bisa hidup dikelilingi keberuntungan dan jauh dari nasib sial.

3. Cenil

Makanan lainnya yang juga sering disediakan ketika menggelar mapati adalah cenil. Cenil sendiri termasuk dalam jajanan tradisional yang rasanya manis karena disajikan dengan cairan gula Jawa.

Tidak hanya rasanya yang manis, daya Tarik lain yang dimiliki oleh jajanan ini ialah warnanya yang cerah dan cantik. Sehingga bisa menarik perhatian dan nafsu makan siapa saja yang melihatnya.

Selain dari menu yang sudah disebutkan tadi, sebenarnya masih ada makanan lain yang sering disajikan. Contohnya adalah arem-arem, wajik, klepon, kue mendut, kupat sumpel dan lain sebagainya.

Namun, jika orang tua ingin menyediakan menu makanan yang berbeda atau lebih sehat bagi ibu hamil, maka bisa berkonsultasi dengan dokter yang ada di klinik DSA terdekat.

Itulah informasi tentang tradisi mapati, salah satu tradisi bagi ibu hamil yang masih dijaga hingga saat ini. Sebab, selain untuk mengungkapkan rasa syukur, membagikan makanan atau hidangan pada acara semacam ini juga bisa menjadi ajang untuk saling bersilaturahmi dan berkomunikasi.

Seperti yang diketahui, ketika sedang hamil, maka ada banyak sekali hal baru yang terjadi, sehingga terkadang membutuhkan orang lain hingga ahli untuk menjadi solusi atas satu masalah tertentu.