Dunia pendidikan negeri ini terus saja mengalami gejolak. Sebagai sektor yang seharusnya mudah dalam pembayaran, justru seakan terbalik. Beberapa waktu lalu, isu kenaikan UKT sering terdengar. Dimana hal itu memicu berbagai polemik.
Pendidikan di meja kuliah berbeda dengan dunia sekolah. Sebagai pelajar yang sudah dewasa, mahasiswa sudah bisa menimbang berbagai kebijakan. Terjadinya kenaikan biaya pendidikan setidaknya akan memunculkan dua hal. Selain protes dari mereka, tentu juga akan mengganggu dalam proses belajar.
Nah mengapa pendidikan negeri ini seakan semakin mahal? Dan apakah dengan model penyelenggaraan pendidikan yang semacam ini akan menghasilkan sumber daya yang berkualitas? Simak ulasan berikut dan dapatkan informasinya!
Isu Kenaikan UKT
Isu kenaikan uang kuliah tunggal (UKT) sempat membuat kegaduhan di negeri ini. Tidak hanya kampus terbaik Jogja, berbagai kampus lain pun banyak yang menentang isu tersebut. Tidak hanya pihak kampus, bahkan banyak mahasiswa yang hingga turun ke jalan.
Fenomena semacam ini sangat disayangkan jika sampai terjadi. Sebab pada dasarnya pendidikan adalah kebutuhan dasar untuk perkembangan bangsa. Jika biayanya mahal, tentu akan menurunkan antusias setiap generasi bangsa untuk belajar.
Menurut pandangan para ahli, adanya kenaikan UKT disebut sebagai upaya meningkatkan pendapatan APBN. Sebab selama ini, penetapan Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi (SSBOPT) yang diberlakukan pada PTN dan PTN-BH muaranya ke sana.
Memang sejak tahun 2019, ada sebagian UKT di beberapa universitas tidak diberlakukan kenaikan. Dengan demikian, tidak heran jika ketika ada isu kenaikan UKT akhirnya menjadi gejolak. Sebab jika memang akan dinaikkan, perlu ada pendahuluan.
Tetapi kenaikan UKT hanyalah isu. Sebab beberapa waktu lalu pemerintah mengumumkan pembatalan kenaikan UKT. Hal ini tentu setelah mengalami berbagai proses. Baik penolakan yang dilakukan oleh berbagai perguruan tinggi, hingga konsultasi Menteri Pendidikan ke Presiden.
Dengan adanya kegaduhan yang telah terjadi, harusnya menjadi cerminan bagi pemerintah. Soal pendidikan tidak tepat jika menjadi sasaran peningkatan anggaran. Bahkan sebaliknya, pemerintah perlu mencari cara agar setiap generasi bangsa minat untuk belajar.
Pendidikan dan Pertumbuhan Bangsa
Tidak bisa dipungkiri pendidikan menjadi cerminan kemajuan sebuah bangsa. Tingkat pendidikan yang tinggi tentu akan menghasilkan output yang berkualitas dan berdaya saing. Dan yang pasti, pendidikan yang baik bukan hanya soal menciptakan SDM yang baik, namun juga generasi yang berkepribadian.
Adanya target-target pendidikan tidak akan mampu dicapai jika penyelenggaraan pendidikan kurang bijak. Alih-alih mencapai target pendidikan, yang ada hanyalah protes dan kritikan. Jika diabaikan, otomatis akan menghapus minat belajar setiap generasi.
Negeri ini masih jauh soal penyelenggaraan pendidikan dibanding negara lain. Hal itu perlu dijadikan pertimbangan untuk berbenah. Bukan terus membebani para pelajar, baik dalam penerapan kurikulum maupun biaya pendidikan.
Jika ingin mencapai pertumbuhan negara yang baik, dunia pendidikan perlu diutamakan. Jika memang tak mampu memberi pelayanan pendidikan gratis, setidaknya biaya pendidikan tidak lagi dinaikkan. Sebab menaikkan biaya pendidikan dengan alasan apapun bukanlah kebijakan yang benar.
Sebab masalah yang terjadi hingga hari ini bukan hanya soal penyelenggaraan pendidikan. Tetapi jauh dari itu. Yaitu saat para sarjana selesai belajar, masih banyak dari mereka yang bingung mencari pekerjaan.
Dari banyaknya hasil lulusan, sebagian besar dari mereka akhirnya menjadi pengangguran. Bahkan mereka yang lulus dari jurusan kuliah dengan prospek kerja tinggi juga merasakan hal yang sama. Terlebih bagi para sarjana yang gengsi dalam mendapat pekerjaan.
Kejelasan Arah Pendidikan
Perlu ada kejelasan arah pendidikan negeri ini. Dalam merumuskan kebijakan, ada banyak hal terkait yang perlu dijadikan pertimbangan. Jika tidak jelas arah pendidikan, jika terjadi kenaikan UKT tentu akan menjadi huru-hara seperti yang telah terjadi.
Untuk mencapai keberhasilan memang diperlukan banyak biaya, termasuk dalam dunia pendidikan. Namun biaya itu bukan hanya untuk pembayaran UKT. Dimana dana bisa dialokasikan untuk melengkapi keperluan pendidikan yang lain.
Jika dilihat, hingga saat ini muara dari pendidikan Indonesia hanya sekedar untuk menciptakan tenaga kerja. Padahal lapangan kerjanya sendiri tidak semakin banyak sebagaimana lembaga pendidikan yang bermunculan.
Jika memang akan fokus menciptakan tenaga kerja, pemerintah perlu menciptakan banyak lapangan kerja. Dengan demikian akan menjadi satu motivasi bagi generasi dalam belajar.
Terlebih jika lapangan kerja yang diciptakan memberikan gaji yang tinggi. Terjadinya kenaikan UKT dalam dunia pendidikan tidak terasa berat bagi pelajar. Sebab harapan mereka jelas. setelah lulus dari meja perkuliahan mereka akan mendapatkan kerja yang sesuai.
Tetapi arah pendidikan semestinya bukan hanya soal menciptakan tenaga kerja. Sebab jika telah memiliki tenaga kerja berkualitas namun lapangan kerja di luar negeri lebih menggiurkan, otomatis akan menarik mereka ke sana.
Dan hal itu sudah dibuktikan oleh banyaknya putra bangsa yang memiliki kapasitas lebih. Karena dalam negeri mereka tidak tertampung, akhirnya mereka mengabdikan diri ke negara lain. BJ Habibie menjadi satu bukti nyata dalam hal ini.
Maka arah pendidikan perlu lebih luas dari itu. Selain menciptakan tenaga kerja, juga perlu mendidik setiap generasi agar memiliki kepribadian. Sehingga sehebat apapun mereka nantinya, akan tetap bangga pada agama dan bangsanya.
Orang yang memiliki kepribadian, prinsipnya akan jelas. Mereka akan meneruskan perjuangan para pahlawan yang telah membuat negeri ini merdeka. Dan menjadikan negeri ini mampu bersaing dengan negara lain.
Nah, apakah Sedulur Yogyaku juga memiliki pandangan yang sama dalam hal ini? Selain ulasan ini, ada berbagai ulasan menarik dari Yogyaku. Sedulur Yogyaku bisa mengaksesnya untuk mendapat informasi bermanfaat.