Jogja memang dikenal sebagai salah satu kota yang memiliki banyak sekali kisah dan sejarah yang menarik. Dari banyaknya kisah dan tempat tersebut, Banyusumurup masih menjadi salah satu tempat dengan kisah yang kelam dan masih banyak diperbincangkan saat ini.
Bukan tempat dengan arsitektur atau desain unik nan menarik, Banyusumurup sendiri merupakan salah satu kompleks pemakaman lama yang ada di Jogja. Pemakaman ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan Mataram, sehingga tidak heran jika masih banyak orang yang membahasnya hingga kini.
Ingin lebih tahu kisah dan fakta tentang tempat ini? Yuk simak beberapa informasinya di bawah ini!
Mengenal Banyusumurup, Tempat Peristirahatan Terakhir Bagi Pendosa di Kerajaan Islam Mataram
Bukan hanya tempat dengan desain yang cantik, makam-makam lama di Jogja juga sering kali dijadikan pembahasan yang menarik. Sebut saja misteri makam Raja Imogiri hingga makam Banyusumurup.
Seperti yang sudah disebutkan tadi, Banyusumurup merupakan kompleks pemakaman yang ada di Jogja. Tepatnya berada di wilayah Kelurahan Girirejo, Kecamatan Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Ketika dilihat secara sekilas, makam ini memang terletak di sebuah lembang terpencil, dan cukup jarang orang yang datang kesini. Bahkan, bagi mereka yang tidak tahu kisah yang ada di balik makam ini saja sudah bisa merasakan hawa sunyi dan syahdu dari kawasan ini.
Pada zaman dahulu, pemakaman ini memang diperuntukkan bagi mereka yang dianggap sebagai pengkhianat atau musuh Negara oleh seorang Amangkurat I.
Hal ini juga tercatat dalam babad milik Prawira Winarsa dan Jayeng Pranata, yang menyebutkan bahwa orang-orang yang dimakamkan di pemakaman khusus atau pasareyan mirunggan ini merupakan orang yang sudah melakukan kesalahan atau dosa kepada Raja.
Namun demikian, hingga saat ini masih belum ada penjelasan secara menyeluruh kapan pemakaman ini mulai dikhususkan untuk orang-orang tersebut. Selain itu, pembangunan kompleks pemakaman ini juga tidak disiarkan kepada publik seperti ketika Pemakaman Giriloyo dan makam Raja Imogiri dibangun.
Pemakaman Banyusumurup ini dibagi menjadi dua halaman, dimana kedua halaman tersebut dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari batu bata dan bentuknya seperti persegi panjang.
Dimana, halaman utama diberi nama Bale Payarenan, yang merupakan tempat untuk meletakkan jenazah sebelum nantinya akan dikuburkan di halaman kedua.
Untuk saat ini, halaman pertama tadi biasanya digunakan sebagai tempat menunggu bagi para peziarah yang sedang berkunjung.
Meski tidak terlalu besar, namun sebenarnya ada cukup banyak makam yang berada di Banyusumurup. Dimana, pada halaman kedua bagian utara terdapat 21 makam, da nada 31 makam lainnya pada sisi yang berbeda.
Selain itu, meski para peziarah yang datang ke tempat ini tidak terlalu banyak, namun tempat ini tetap dijaga dan dikelola dengan baik oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dan juga Surakarta secara bergantian.
Biasanya, ada 10 Abdi Dalem yang bertugas untuk mengelola dan menjaga kompleks pemakaman ini. Dimana, biasanya 6 Abdi Dalem yang bertugas berasal dari Keraton Yogyakarta, dan 4 lainnya berasal dari Keraton Surakarta.
Mengenal Pangeran Pekik, Salah Satu Tokoh Utama yang Dimakamkan di Banyusumurup
Karena memiliki kisah yang cukup kelam, Sedulur Yogyaku tentu mulai merasa penasaran dengan siapa saja yang dikuburkan di tempat ini. Adalah Pangeran Pekik, seorang pangeran yang juga bisa dikatakan sebagai penguasa Surabaya pada masa itu.
Membahas Banyusumurup tentu tidak lengkap rasanya jika tidak menyebutkan nama Pangeran Pekik. Pangeran Pekik sendiri merupakan seorang putra Pangeran Surabaya, yang kemudian dibawa Sultan Agung ke Mataram dan dinikahkan dengan Gusti Pandansari.
Namun kemudian, Pangeran Pekik dianggap sudah melakukan pemberontakan pada Kerajaan Mataram. Hingga akhirnya Sunan Amangkurat I memerintahkan prajuritnya untuk menangkap dan membunuh Beliau sekaligus para pengikutnya. Seperti yang sudah diduga, Pangeran Pekik dan pengikutnya yang tertangkap diberi hukuman mati.
Namun, ada juga kisah lain yang menyebutkan bahwa Pangeran Pekik sebenarnya tidak dibunuh, melainkan melakukan moksa ketika sedang dikejar oleh para prajurit. Namun, tetap saja tidak ada saksi atau bukti kuat yang bisa membuktikan hal ini.
Selain Pangeran Pekik, sebenarnya masih ada nama lain yang cukup terkenal dan dimakamkan disini. Sebut saja Roro Oyi. Roro Oyi sendiri merupakan seorang putri yang berasal dari Surabaya dan direncanakan akan dipinang oleh Amangkurat I.
Namun, ketika proses pengenalan sedang berjalan, Roro Oyi malah jatuh cinta pada putra Amangkurat I. hal ini tenu membuat Amangkurat I sangat marah, sehingga pada akhirnya sang putri pun diputuskan untuk dimakamkan di pemakaman Banyusumurup.
Selain dua orang tadi, makam ini juga menjadi tempat dikuburnya Ratu Pandansari, Putra Raja yang saat itu masih kecil, Ray Tyutang, Pangeran Lamongan, Ray Kletings Wulung, KGP Timur, Ray Jambul, Pangeran Demang, Singolesono, Ratu Lembah, Kertonadi, Martapuri, Jagaraga dan lain sebagainya.
Itulah informasi tentang kompleks makam Banyusumurup dan beberapa orang yang dimakamkan di sini. Meski bukanlah kisah dan sejarah yang menyenangkan atau penuh haru seperti sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta, namun tetap saja kisah ini merupakan bagian dari perjalanan panjang salah satu daerah istimewa yang ada di Indonesia.
Selain itu, tidak ada salahnya juga untuk sesekali mampir ke tempat dengan kisah yang cukup kelam seperti ini, agar bisa menumbuhkan rasa syukur dalam diri yang lebih besar karena bisa hidup di zaman dan suasana yang lebih hidup dan menyenangkan.