Bagi umat muslim, perayaan Idul Adha merupakan salah satu perayaan yang paling ditunggu-tunggu. Selain melaksanakan sholat ied, kurban juga menjadi point utama dari hari besar ini. Namun, ada beberapa wilayah yang memiliki tradisi sendiri yang cukup menarik, contohnya Grebeg Besar yang ada di Yogyakarta.
Yogyakarta memang selama ini terkenal sebagai salah satu kota yang sangat sering menyelenggarakan kirab. Bukan hanya sebagai wadah untuk berkumpul, namun setiap kirab yang digelar biasanya memiliki filosofi dan nilainya tersendiri.
Nah, jika Sedulur Yogyaku masih belum terlalu familiar dengan salah satu tradisi di Keraton Yogyakarta ini, yuk simak informasinya berikut ini!
Grebeg Besar di Yogyakarta, Tradisi di Idul Adha yang Sangat Meriah
Seperti yang sudah sedikit disinggung tadi, Grebeg Besar merupakan tradisi yang masih sangat dipegang teguh oleh Keraton Yogyakarta. Dimana, pada tanggal 10 Dzulhijjah pada penanggalan Islam, Keraton lengkap dengan para Abdi Dalem Keraton Yogyakarta menyelenggarakan acara yang sangat meriah.
Bagi yang belum mengetahuinya, kata grebeg atau sering juga disebut dengan grebeg sebenarnya berasal dari gumrebeg. Makna adari gumrebeg merujuk pada suasana atau sifat ribut, riuh, dan juga ramai. Selain itu, kata ini juga bisa merujuk pada suara keramaian dan serua angin.
Kata “besar” sendiri berasal dari bulan pelaksanaannya, dimana pada bulan Dzulhijjah tersebut pada kalender Jawa disebut dengan Bulan Besar. Seperti beberapa acara grebeg lainnya, point utama dari acara ini adalah arak-arakan dengan membawa gunungan kirab.
Bintang utama dalam Grebeg Besar adalah gunungan kirab. Gunungan sendiri merupakan kumpulan berbagai macam jenis makanan dan hasil bumi yang ada di wilayahnya. Berbagai macam bahan tadi akan disusun sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti gunung yang meninggi dan mengecil di bagian atasnya.
Acara ini juga merupakan salah satu acara yang sangat meriah yang diselenggarakan setiap tahun. Sehingga, jangan heran jika nantinya lautan manusia akan berkumpul menonton jalannya kirab, dan tentu saja ikut menunggu atau bahkan berebut gunungan karena dipercaya mendatangkan berkah dan kemakmuran.
Hal-Hal Menarik Tentang Grebeg Besar, Sudah Ada Sejak Zaman Dahulu
Selain pusaka Keraton Yogyakarta, Jogja memang terkenal memiliki daya tarik tersendiri yang membuat siapa saja ingin mengunjunginya. Salah satunya adalah acara grebeg semacam ini.
Bagi masyarakat yang berasal dari luar Jawa, melihat rombongan orang berjalan iring-iringan dengan tampilan yang cantik dan gunungan yang menarik tentu akan memberikan pengalaman yang berbeda.
Nah, berikut beberapa fakta dan hal menarik yang selalu ada ketika Grebeg Besar digelar.
1. Gunungan Kirab
Apalah artinya kirab jika tidak mengusung gunungan yang tinggi dan megah. Bagi masyarakat Jogja dan sekitarnya, gunungan merupakan salah satu simbol kemakmuran. Jadi tak heran jika elemen yang satu ini tidak boleh terlewatkan.
Bukan hanya sekedar pajangan yang dibawa kesana kemari, gunungan ini nantinya akan dibagikan kepada siapa saja yang ikut berpartisipasi dalam kirab. Gunungan juga sering kali menjadi rebutan oleh mereka yang ingin mendapatkan berkah dan kemakmuran.
Isi gunungan juga sangat beragam, yang pasti biasanya berisikan hasil bumi dari daerah sekitar. Mulai dari buah-buahan, sayur, jajanan tradisional dan lain sebagainya.
Dalam Grebeg Besar, biasanya ada beberapa jenis gunungan yang ditampilkan, mulai dari Gunungan Estri, Gunungan Jaler, Gunungan Pawuhan, Gunungan Gepak, Gunungan Darat, hingga Gunungan Picisan.
2. Ikut Melibatkan Belanda pada Masa Dahulu
Seperti yang sudah disebutkan tadi, tradisi Grebeg Besar sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan ketika Belanda masih menduduki Indonesia. Menariknya, pada zaman dahulu, kerajaan melibatkan berbagai pihak, termasuk pada pembesar Belanda.
Beberapa pihak yang pasti ikut andil dalam acara ini adalah aparat kerajaan, seluruh penghuni keraton, dan tentu saja masyarakat umum.
3. Yogyakarta Menggelar Lebih dari Satu Grebeg
Jika sebagian orang berpikir bahwa Yogyakarta hanya menggelar Grebeg Besar saja setiap tahunnya, maka kenyataannya salah besar. Meski acara ini cukup meriah, nyatanya masih ada grebeg lain yang tidak kalah meriahnya.
Beberapa acara grebeg yang juga hampir pasti digelar setiap tahun adalah Grebeg Syawal dan Grebeg Maulud. Seperti namanya, Grebeg Syawal merupakan kirab yang digelar pada bulan Syawal, begitu pula Grebeg Maulud yang diadakan ketika bulan Maulud tiba.
4. Mengulik Sejarah Grebeg secara Umum
Selama ini mungkin banyak orang yang merasa penasaran, kapan dan bagaimana asal mulanya grebeg mulai diselenggarakan. Dilansir dari beberapa sumber, grebeg pada awalnya merupakan wadah untuk menyebarkan Islam pada hari Kelahiran Nabi Muhammad.
Pada saat itu, para wali memberikan gagasan yang kemudian disetujui oleh Raja Demak, tidak ketinggalan Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta.
Untuk Keraton Yogyakarta sendiri, grebeg sudah ada sejak pemerintahan Hamengku Buwono I, dan masih dijaga dan dilestarikan hingga saat ini. Meski tentu saja dilakukan beberapa modifikasi dan penyesuaian disana-sini demi mengikuti perubahan zaman.
Itulah informasi tentang Grebeg Besar, sebuah tradisi yang masih dilestarikan hingga kini. Selain sebagai salah satu potensi wisata tradisional yang menarik dan sering kali didatangi oleh pelancong dari luar daerah, acara semacam ini juga memiliki nilai tradisi dan histori yang sayang sekali jika dilewatkan begitu saja.
Jika Sedulur Yogyaku masih mencari tradisi unik lainnya yang ada di sekitar Yogyakarta, maka bisa langsung mencari referensinya di laman utama Yogyaku. Semoga bermanfaat!