Di balik keindahan hamparan pantai berpasir putih yang sangat terkenal, ternyata Gunung Kidul menyimpan sisi lain yang masih jarang diketahui oleh orang luar. Bisa dikatakan, sisi ini cukup gelap dan membuat bulu kuduk merinding. Mitos pulung gantung namanya.
Meski sudah berada di tahun 2000an yang sangat modern ini, namun ternyata masih banyak orang yang percaya dengan mitos atau misteri. Salah satunya adalah masyarakat Gunung Kidul dan sekitarnya yang masih cukup mempercayai cerita pulung gantung.
Mitos satu ini bisa dikatakan cukup mengerikan, karena berhubungan dengan keputusan seseorang untuk mengakhiri hidupnya sendiri, atau yang biasa disebut dengan bunuh diri. Lalu, bagaimanakah fakta pulung gantung yang sebenarnya? Yuk simak informasinya di sini!
Apa Itu Mitos Pulung Gantung? Benarkah Bisa Membuat Orang Bunuh Diri?
Menurut kepercayaan masyarakat Gunung Kidul dan sekitarnya, pulung gantung ialah berupa cahaya berwarna kemerahan yang jatuh dari atas langit, dan kemudian turun menimpa rumah warga.
Mitos mengerikannya adalah, seseorang yang rumahnya kejatuhan tersebut akan memilih mengakhiri hidupnya dalam waktu dekat dengan cara gantung diri.
Sebagian besar masyarakat sekitar Gunung Kidul percaya bahwa pulung gantung ini berwujud seperti bola api berukuran besar, dan memiliki cahaya berwarna kebiruan. Ketika malam hari, bola api ini akan terbang seakan mencari mangsanya.
Kepercayaan tersebut tidak berhenti sampai disitu saja. Dimana, seseorang yang didapati mengakhiri hidupnya dengan cara tadi, tidak akan diperlakukan seperti jenazah kebanyakan. Masyarakat sekitar menolak untuk memandikan, mengkafani dan menyolatkannya.
Mereka percaya, bahwa ada energi negatif yang besar pada jenazah tersebut, yang apabila diperlakukan seperti jenazah pada umumnya, malah akan memberikan dampak negatif bagi warga sekitar.
Sejarah Munculnya Mitos Pulung Gantung, Sudah Ada Sejak Jaman Kerajaan
Misteri atau mitos sebesar ini tentu memiliki sejarah yang panjang pula. Diyakini, mitos ini bermula sejak zaman Kerajaan Majapahit. Dimana, pada saat itu orang-orang yang melawan Kesultanan Demak sekitar abad ke-15 melakukan pelarian.
Sang Raja, Brawijaya V pun ikut melarikan diri bersama dengan para pengikutnya. Tidak lama melakukan pelarian, Raja Brawijaya berpulang dan meninggalkan luka besar bagi para pengikutnya.
Merasa kehilangan arah dan depresi, akhirnya para pengikut setianya tadi memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Namun, roh para pengikutnya ini dikisahkan tidak diterima Tuhan dan bergentayangan sebagai Pulung Gantung.
Kasus Bunuh Diri di Gunung Kidul Karena Mitos Pulung Gantung atau Ada Alasan Lain?
Seperti yang sudah disebutkan tadi, mitos ini memang berkaitan erat dengan kasus bunuh diri di daerah Gunung Kidul. Bahkan, di tahun 2021 saja, terdapat laporan 38 kasus bunuh diri pada pihak yang berwajib.
Angka tersebut tentu bukanlah angka yang kecil untuk kawasan setingkat Kabupaten. Terlebih, Gunung Kidul yang menyimpan banyak potensi dan destinasi wisata indah seperti Pantai Krakal Jogja, seakan menjadi salah satu tujuan utama para pelancong karena dianggap menarik untuk dikunjungi.
Terlepas dari mitos Pulung Gantung tadi, sebenarnya ada beberapa alasan atau indikator lain yang bisa menyebabkan seseorang mengakhiri hidupnya. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Kemiskinan di Gunung Kidul yang Belum Membaik
Sudah bukan rahasia umum rasanya jika masih banyak warga di Gunung Kidul yang terjerat dalam jurang kemiskinan, bahkan kemiskinan ekstrim. Menurut BPS, di tahun 2023 kemarin ada setidaknya 122.000 jiwa yang berstatus miskin.
Meski pemerintah sudah melakukan berbagai macam upaya seperti membuka peluang bisnis di Jogja, namun urusan mengentaskan kemiskinan bukanlah perkara yang mudah.
Secara langsung maupun tidak, status kemiskinan tentu sangat berpengaruh pada kualitas seseorang dalam menjalani kehidupannya. Perasaan tidak cukup, merasa kelaparan, kesusahan dalam segala bidang, tidak jarang men-trigger seseorang untuk mengakhiri hidupnya.
2. Kesehatan Mental yang Kurang Baik
Siapa saja tentu merasa setuju bahwa kasus bunuh diri sangat erat kaitannya dengan kesehatan mental. Kesehatan mental ini juga masih berhubungan dengan poin kemiskinan sebelumnya.
Benar memang bahwa uang tidak bisa membeli segalanya. Namun, segala yang harus untuk dibeli tentu membutuhkan uang. Rasa frustasi yang menumpuk karena merasa kekurangan tentu akan membebani seseorang.
Sehingga, disaat mereka mencapai titik tertentu, mereka berpikir rasanya tidak ada yang bisa mengeluarkan mereka dari segala ketidaknyamanan dalam hidupnya selain dengan mati.
3. Masalah Kesehatan Fisik Masyarakat Gunung Kidul
Bukan hanya emosi dan mental sebagian masyarakat Gunung Kidul yang terganggu karena beberapa kondisi. Disini, juga terdapat beberapa penyakit yang cukup jarang menjangkiti kawasan lain.
Contohnya, di beberapa bulan awal tahun 2023, dilaporkan adanya leptospirosis yang meningkat, bahwa mengakibatkan kematian bagi beberapa orang. Mirip dengan DBD, penyakit ini juga menular dan banyak terjadi ketika musim hujan berlangsung.
Masalah kesehatan ini juga berkaitan dengan kebersihan yang terkadang masih cukup disepelekan oleh masyarakat setempat. Sehingga, masih cukup banyak tikus berkeliaran, yang mana hewan inilah yang menularkan penyakit leptospirosis.
Ketiga poin di atas bisa dikatakan sebagai alasan utama orang melakukan bunuh diri di Gunung Kidul. Hal ini juga dikatakan oleh Suryanto Kasi Humas Polres Gunung Kidul. Dimana mereka yang mengakhiri hidupnya merasa depresi karena menderita sakit yang cukup lama.
Terlepas dari mitos Pulung Gantung yang menyeramkan, memang tidak bisa ditampik bahwa lingkungan sekitar sangat mempengaruhi seseorang dalam menjalani kehidupannya.
Itulah sebabnya, dibutuhkan langkah dan cara yang tepat untuk bisa mengatasi keadaan ini.Itulah beberapa fakta berkaitan dengan mitos Pulung Gantung. Jika Sedulur Yogyaku ingin mencari tahu mitos atau kisah menarik lain yang ada di Jogja, Yogyaku menyediakannya!