Seperti yang sudah diketahui Yogyakarta merupakan salah satu kota yang sangat menjunjung tinggi adat dan budayanya. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya kebiasaan dan tradisi yang masih dijaga hingga zaman modern ini. Salah satunya adalah tradisi Nawu Sendang Seliran.
Bagi yang berasal dari luar Jawa, mungkin sebagian besar masih akan sedikit asing dengan acara Nawu Sendang Seliran. Tradisi ini merupakan salah satu ritual yang dilakukan di Kotagede, salah satu wilayah yang ada di Yogyakarta.
Nah, bagi Sedulur Yogyaku yang masih belum terlalu akrab dengan tradisi ini, yuk simak informasinya berikut ini.
Mengenal Nawu Sendang Seliran, Tradisi yang Masih Ada Sampai Saat Ini
Jika dilihat secara sekilas, tradisi Sendang Seliran Kotagede merupakan salah satu tradisi yang cukup sederhana pelaksanaannya. Dimana, inti dari tradisi ini adalah menguras dan membersihkan kolam mata air.
Namun, tentu kolam yang dibersihkan tersebut bukanlah kolam biasa. Melainkan kolam mata air yang ada di kawasan Kerajaan Mataram Awal di Kotagede. Bagi masyarakat sekitar, kolam ini juga menjadi salah satu mata air utama, yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari dan mandi.
Waktu untuk melakukan pembersihan juga tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Biasanya, Nawu Sendang Seliran ini dilakukan pada bulan Rajab, Minggu Wage, dan beberapa hari tertentu lainnya.
Tujuan Utama Nawu Sendang Seliran
Salah satu tujuan utama dalam melaksanakan tradisi ini ialah agar pada bulan puasa nanti sumber air sudah lebih bersih dan nyaman digunakan.
Selain itu, tradisi ini juga memiliki filosofi tersendiri. Salah satu makna paling mendasar yang ingin ditunjukkan dari prosesi ini adalah membuang dan membersihkan kotoran yang ada di hati. Sehingga, bisa menjadi pribadi yang lebih baik nantinya. Makna ini juga hampir sama dengan tradisi bersih desa yang ada di Jawa.
Tidak hanya itu saja, banyak pihak yang menganggap bahwa tradisi ini juga menggambarkan bersatunya keraton dengan masyarakat yang ada di sekitarnya. Inilah juga sebabnya mengapa ada cukup banyak kalangan yang ikut andil dalam tradisi ini.
Orang atau petugas yang ikut serta dalam prosesi ini biasanya adalah para Abdi Dalem Keraton Kesultanan Yogyakarta dan juga Kasunanan Surakarta.
Sempat menjadi salah satu tradisi yang dihargai, namun ternyata Nawu Sendang Seliran juga pernah hilang dari permukaan. Hingga pada akhirnya di tahun 2009 orang-orang mulai mengingat dan melaksanakan tradisinya lagi.
Sebenarnya, tidak ada orang yang tahu pasti kapan tradisi Nawu Sendang Seliran ini mulai dilakukan. Namun, banyak orang yang percaya bahwa tradisi ini sudah ada dari jaman Kerajaan Mataram di Kotagede.
Bagi yang penasaran, lokasi Sendang Seliran ini ada di Sayangan, Jagalan, Kec. Banguntaoan, Kab. Bantul Yogyakarta. Untuk jam bukanya sendiri terbuka untuk umum selama 24 jam penuh.
Mengulik Prosesi Nawu Sendang Seliran, Dilaksanakan Sampai Berhari-hari
Setiap tradisi tentu saja memiliki keunikan dan daya tariknya tersendiri, terutama dalam prosesi pelaksanaannya. Untuk Nawu Sendang Seliran sendiri, salah satu daya tarik utamanya adalah panjang dan kompleksnya prosesi, sehingga memakan waktu sampai berhari-berhari.
Langsung saja, berikut prosesi pelaksanaan Nawu Sendang Seliran selama beberapa hari.
1. Prosesi Pertama
Prosesi awal dari pelaksanaan tradisi ini adalah pembuatan sesajen atau yang biasa disebut dengan Ubo Rampe. Persiapan ini dilakukan di komplek Abdi Dalem di kawasan Kompleks Abdi Dalem Mataram Yogyakarta dan juga Surakarta.
Ubo rampe ini biasanya berisikan gua buah gunungan, yakni gunungan kakung dan putri, replika dari bangunan Masjid Gede Mataram Kotagede, hingga gayung dan perlengkapan untuk menguras sendang.
2. Prosesi Kedua
Memasuki hari kedua, ubo rampe yang sudah disiapkan sebelumnya akan ditaruh di Pendopo Ijo yang dekat dengan Sendang Seliran.
Lalu kemudian, keesokan harinya pada pukul 09.00, seluruh peserta pawai lengkap dengan Ubo Rampe sudah bersiap diri di Kelurahan Jagalan, guna mengarak gunungan tadi dari Kesultanan Yogyakarta menuju Kasunan Surakarta.
3. Prosesi Ketiga
Di hari ketiga inilah prosesi Nawu Sendang Seliran yang sebenarnya baru dimulai. Hal ini ditandai dengan penyerahan gayung yang sudah disiapkan sebelumnya kepada pimpinan Abdi Dalem juru kunci Pasarean Mataram Kotagede.
Setelah mendapatkan gayung, para Abdi Dalem akan mulai mengambil air di Sendang secara simbolik, biasanya dilakukan sampai tiga kali. Air yang sudah diambil tadi kemudian dimasukkan ke dalam kendi khusus, lalu dibawa dengan jodhi dengan cara dipikul.
Meskipun merupakan salah satu tradisi yang cukup disegani sampai saat ini, namun ada pula beberapa kalangan yang menganggap Nawu Sendang Seliran adalah kegiatan yang mengandung unsur kesyirikan.
Namun, para Abdi Dalem akhirnya menegaskan bahwa tradisi ini hanyalah berupa kegiatan simbolis dan tradisi, dan sama sekali tidak mengangkat atau mengandung unsur mistis, kesyirikan dan lain sebagainya.
Itulah informasi singkat mengenai Nawu Sendang Seliran, salah satu tradisi yang pernah menghilang namun kemudian dijadikan salah satu tradisi rutin kembali. Hal ini tentu patut disyukuri, mengingat saat ini sudah ada banyak sekali tradisi yang terlupakan.
Tidak hanya tradisi unik, nyatanya Jogja juga memiliki banyak sekali tempat yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya adalah Benteng Cepuri.
Nah, jika Sedulur Yogyaku masih mau mencari tahu informasi lain yang berkaitan dengan tempat, bangunan hingga adat dan tradisi yang ada di Jogja, maka bisa langsung mencarinya di laman utama Yogyaku.