Dalam suatu peradaban, adanya pasar begitu penting. Tidak hanya sebagai sarana jual beli, pasar pada akhirnya bisa menjadi identitas suatu daerah. Hal inilah yang terjadi pada Pasar Telo Karangkajen. Pasar yang identitasnya begitu kuat, tidak hanya unik namun juga satu-satunya di Indonesia dan mungkin di dunia.
Popularitas pasar ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Pasar Telo memiliki perjalanan yang panjang. Tidak hanya dari jumlah pedagang, namun hingga bentuk fisik dan infrastrukturnya. Jika kini bangunannya terkesan kokoh, hal itu terjadi karena efek antusias pengunjung terhadapnya.
Lantas apa Sedulur Yogyaku mengetahui bagaimana pasar ini ada? Dan apa yang akan didapatkan jika berkunjung ke sana?
Konsistensi Menguatkan Identitas
Keunikan Pasar Telo Karangkajen disebabkan konsistensi dalam penjualan komoditinya. Sejak berdiri pada tahun 1957 M, pasar ini hanya menjual satu komoditi hasil pertanian yaitu telo. Sebuah produk pertanian yang secara nasional lebih dikenal dengan nama singkong.
Meski berbeda dengan Pasar Senthir Jogja, namun faktanya pasar ini mampu bertahan. Bahkan melewati perubahan kepemimpinan Republik Indonesia. Dimana akhirnya pasar ini memiliki identitas tersendiri. Sebagai satu-satunya pasar singkong di dunia, pasar ini menjadi kebanggaan warga Jogja.
Sebagai satu-satunya pasar singkong, tentu varietas singkong yang dijual beragam. Tidak hanya jenis singkong pohong, namun juga singkong dari jenis ubi jalar. Bahkan varietas ubi madu yang digemari masyarakat karena rasanya pun juga ada disini.
Keberagaman varietas singkong yang dijual di Pasar Telo Karangkajen tentu karena faktor penyedia. Dimana penyedia singkong di pasar ini berasal dari berbagai daerah penghasil singkong di Jawa.
Karena popularitas pasar yang sudah ada sejak lama, penyedia ada yang berasal dari Wonosobo hingga Bandungan. Selain kedua daerah itu, Temanggung dan Tawangmangu juga menjadi pemasok singkong di pasar ini.
Hingga saat ini varietas singkong yang dijual semakin beragam. Jika masa lalu singkong hanya jenis lokal dari Kota Yogyakarta, hari ini bahkan ada singkong dari pengembangan generatif. Beberapa di antara yang tersedia di sana antara lain ubi remis, ubi ungu, jebros, kimpul, prol hingga ubi tempel.
Sumber Kemacetan Jalan
Untuk mendapatkan singkong yang segar, biasanya konsumen akan memenuhi pasar pada waktu subuh dan malam hari. Dimana kedua waktu tersebut menjadi waktu pemasok mengantarkan hasil panennya.
Hal itu pada akhirnya menjadikan Pasar Telo Karangkajen menjadi pusat kemacetan Jalan Imogiri Barat. Dimana banyaknya konsumen yang berbelanja, membuat para pengguna jalan murka. Dengan demikian akhirnya ada pemasok yang juga mengantarkan singkongnya pada siang hari.
Jalan Imogiri Barat seakan seperti Ndalem Jayadipuran yang menjadi saksi perputaran sejarah. Dimana jalan ini menyaksikan bagaimana perubahan terjadi di Pasar Telo Karangkajen.
Karena perubahan waktu pasok tidak juga memberi solusi, akhirnya hal itu mengundang perhatian pemerintah setempat. Dimana pada tahun 2014, pemerintah melakukan revitalisasi. Tidak hanya pada infrastruktur bangunannya saja, namun juga pada tempat pemasokannya.
Pada masa lalu pedagang di sana ada sekitar 36 unit, dengan kios seadanya. Yakni kios yang hanya mereka buat dengan sekat seadanya. Selain itu pasar hanya memiliki satu lantai dengan fasilitas yang minim.
Namun setelah direvitalisasi, saat ini bangunan pasar sudah memiliki dua lantai. Dengan jumlah kios hingga 39 unit. Dengan ukuran 2,75 X 4 meter, pedagang akhirnya bisa lebih leluasa menata dagangannya. Dan bonusnya nuansa seakan terkesan lebih rapi.
Selain itu saat ini di area pasar juga telah memiliki infrastruktur pendukung. Tidak hanya memiliki toilet, warung dan mushola, saat ini pasar pun telah memiliki kantor pasar. Dimana pusat pengelolaan pasar ada di kantor tersebut.
Selain itu saat model bangunan Pasar Telo Karangkajen saat ini tata letak bangunannya berbentuk U. dengan demikian untuk melakukan aktivitas bongkar pasang para pemasok dapat dilakukan di persil pasar. Bukan di bahu Jalan Imogiri Barat seperti dulu.
Dengan demikian jika dulu pasar ini sempat menjadi sumber kemacetan, hal itu sudah selesai. Revitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Yogyakarta berhasil menjadikan pasar lebih nyaman. Tidak hanya itu, saat ini pasar juga terkesan lebih artistik dan rapi.
Tidak mengherankan jika keunikan dan infrastruktur pasar saat ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Tidak hanya bagi para konsumen, namun juga bagi para wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke pasar ini tidak hanya dari dalam negeri namun juga dari luar negeri.
Dimana Letak Pasar Telo Karangkajen?
Saat ini untuk berkunjung ke Pasar Telo Karangkajen sudah semakin mudah. Terlebih dengan adanya media, pengunjung semakin mudah untuk ke sana.
Lokasi Pasar Telo berada di Jalan Imogiri Barat paling ujung. Dimana letaknya dekat dengan pertemuan jalan itu dengan Jalan Sisingamangaraja. Pertemuan jalan itu membentuk pertigaan jalan besar, namun ada jalan kecil yang juga terhubung ke pertigaan itu.
Jika dilihat dari Google Map, letak pasar berdekatan dengan pondok pesantren Al Munawwir Krapyak. Selain itu juga berdekatan dengan Masjid Jogokariyan, Pojok Benteng Wetan Kraton Jogja, dan Rumah Sakit Umum Jogja (Wirosaban).
Pengunjung dapat berkunjung ke sana dengan beragam moda transportasi darat. Bisa dengan motor hingga mobil. Bisa dengan menggunakan aplikasi ojek, maupun kendaraan umum yang lain.
Secara administrasi, Pasar Telo Karangkajen letaknya berada di Kelurahan Brontokusuman. Dimana di masa lalu, pasar ini sebenarnya merupakan pengembangan dari UPT Pasar Ngasem.
Nah jadi apakah Sedulur Yogyaku pernah berkunjung ke pasar ini? Pasar ini buka setiap hari pada pukul 06.00-18.00 WIB. Namun jika ingin mendapat singkong atau ubi yang bagus, sebaiknya jangan berkunjung melebihi pukul 13.00 WIB.