Meski tidak ikut mengajar secara langsung, orang tua perlu tahu pada perkembangan pendidikan. Sebagai pendamping belajar anak di rumah, pengetahuan tentangnya akan sangat membantu. Terlebih di tahun ini, ada isu soal penerapan Kurikulum Nasional.
Sebuah kurikulum begitu penting dalam proses pendidikan. Semakin baik formulasi kurikulum, semakin memudahkan anak dalam belajar. Dan dari pernyataan pemegang kewenangan, setiap adanya pergantian kurikulum diklaim lebih baik dari yang sebelumnya.
Nah apakah benar akan diberlakukan kurikulum baru yang disebut sebagai Kurikulum Nasional? Jika benar, sebaiknya para orang tua perlu bersiap dengan hal itu.
Pergantian Kurikulum Pendidikan
Di negara Indonesia sendiri pada dasarnya telah sering melakukan pergantian kurikulum pendidikan. Dimana dalam setiap pergantian, kurikulum baru disebut telah disesuaikan dengan keadaan.
Tercatat lebih dari sepuluh kali negara ini melakukan pergantian kurikulum. Dari kurikulum pertama yang disebut dengan Rentjana Pelajaran 1947, hingga terakhir kemarin dengan sebutan Kurikulum Merdeka. Meski pada dasarnya perubahan yang terjadi tidaklah spesifik.
Pergantian kurikulum pun lebih ditekankan untuk satuan pendidikan yang berada dalam naungan Kementerian Pendidikan. Setiap terjadi pergantian kurikulum, satuan pendidikan tersebut harus segera menyambutnya. Walaupun tidak sedikit sekolah berbasis Islam yang juga ikut serta.
Satu sisi pergantian kurikulum bisa disebut sebagai sebuah kesadaran. Sebab satu alasan terjadinya pergantian adalah karena motivasi untuk bersaing dengan pendidikan negara lain. Meski banyak para pakar yang juga menyebutnya hanya sebagai sebuah proyek.
Tetapi di sisi lain, pergantian kurikulum akan merepotkan para guru serta membuat pusing para orang tua. Sebagai penyokong tegaknya kurikulum, memang perlu dibarengi dengan kesiapan para guru.
Selain itu orang tua sebagai pendamping anak belajar di rumah pun akan merasa terbebani. Sebab orang tua sudah merasakan beratnya mencari nafkah, adanya kurikulum baru tentu membuat mereka pusing. Terlebih yang diajarkan di masa mereka dulu bukanlah dengan kurikulum yang diterapkan saat ini.
Maka tidak mengherankan ketika ada isu penerapan Kurikulum Nasional, banyak orang tua yang heboh. Dengan Kurikulum Merdeka yang baru diterapkan saja sudah menjadikan orang tua stress. Jika nanti benar akan diterapkan kurikulum baru, tidak bisa lagi dibayangkan lagi bagaimana para orang tua.
Penerapan Kurikulum Nasional
Tidak dipungkiri adanya informasi penerapan Kurikulum Nasional menjadikan heboh. Tidak hanya bagi para guru dan aktivis pendidikan, namun juga bagi para orang tua.
Setelah adanya unggahan dari akun @tanyarlfes di sosial media X pada 28 Februari lalu, berbagai komentar dan tanggapan pun muncul. Dimana dalam merespon informasi pergantian kurikulum tersebut, sebagian besarnya merasa keberatan.
Bagaimana tidak, belum lama diterapkan Kurikulum Merdeka tiba-tiba ada informasi akan diterapkan kurikulum pengganti. Untuk memahami dan menerapkan Kurikulum Merdeka saja sudah dirasa berat. Jika tiba-tiba diganti, tentu akan memupus perjuangan paru guru dan orang tua.
Tidak peduli tema atau model sekolah seperti apa yang diusung sebuah institusi, pergantian kurikulum yang terasa dadakan hanya menjadi beban. Baik itu sekolah alam, sekolah modern, sekolah boarding, semua akan merespon negatif dengan informasi pergantian kurikulum tersebut.
Namun apakah informasi di atas memang benar adanya? Atau hanya informasi hoax untuk memicu kegaduhan dan mengejar ketenaran?
Pada laman paudpedia.kemendikbud.go.id, terdapat jawaban dari informasi tersebut. Dimana Anindito Aditomo sebagai Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud Ristek memberikan bantahan yang tegas.
Dalam sebuah pernyataannya beliau menyampaikan,
“Informasi bahwa kurikulum nasional akan menggantikan kurikulum merdeka adalah informasi yang tidak benar”.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa yang menyebarkan informasi akan diterapkan Kurikulum Nasional sudah salah paham. Sebab yang dimaksud Kurikulum itu bukanlah seperti yang telah ramai menjadi perbincangan orang saat ini.
Dalam penjelasannya, Anindito Aditomo menyampaikan yang dimaksud Kurikulum Nasional adalah Kurikulum Merdeka itu sendiri. Yakni dengan menerapkan Kurikulum Merdeka secara nasional. Dimana kurikulum yang saat ini masih diterapkan bertahap, nantinya akan diterapkan dengan skala nasional.
Jika awalnya hanya berlaku untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), nantinya kurikulum merdeka akan diterapkan menyeluruh. Yaitu semua satuan pendidikan harus menerapkan kurikulum ini. Baik itu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dengan demikian orang tua tidak perlu pusing lagi untuk menyiapkan diri dengan Kurikulum Nasional. Sebab itu hanyalah istilah untuk Kurikulum Merdeka saat sudah diterapkan dengan skala nasional.
Tidak Kalah Penting dari Kurikulum
Selain adanya kurikulum yang baik dan tepat, sebenarnya ada hal lain yang tidak kalah penting darinya. Dimana jika hal ini dimiliki oleh setiap generasi bangsa, bukan mustahil pendidikan negeri ini tidak kalah saing dengan negara lain.
Hal yang tidak kalah penting itu adalah kesadaran untuk terus belajar dari setiap individu. Sebab sebaik apapun kurikulum yang dibuat, tanpa adanya kesadaran belajar hasilnya tetap tidak akan maksimal.
Kesadaran belajar perlu untuk dirangsang dan dipupuk. Sebab tidak semua orang mudah mendapat hal ini, maka menjadi kewajiban orang tua dan guru untuk melakukannya.
Bagi orang tua, perlu merangsang kesadaran anak-anaknya agar semangat belajar. Dan bagi guru, selain mengajar juga wajib memupuk dan merangsang kesadaran belajar para peserta didiknya. Saat orang tua dan guru saling bersinergi, maka semakin mendekatkan anak pada kesadaran belajar.
Sebab belajar itu panjang dan melelahkan, tidak sedikit generasi penerus yang mau melakukannya. Namun jika sudah memiliki kesadaran, tanpa disuruh pun mereka akan terus belajar meski tidak berada di bangku pendidikan.
Nah dengan demikian satu beban guru dan orang tua sudah hilang. Yakni tidak adanya kurikulum baru yang disebut Kurikulum Nasional. Namun beban berat masih ada, yakni memupuk dan merangsang kesadaran belajar para generasi bangsa.
Apakah ulasan ini bermanfaat? Jika demikian masih banyak informasi bermanfaat yang Yogyaku miliki. Sedulur Yogyaku bisa mendapatkannya gratis dengan cara berlangganan. Atau bisa juga mengunjungi laman artikel kami secara langsung.