Mengenal 6 Jenis Pola Asuh Orang Tua yang Bisa Diterapkan untuk Mendidik Anak

Photo of author

Ditulis oleh Yuna Ni

Seorang lulusan S1 Pendidikan, saya menemukan arah tak terduga sebagai penulis artikel web sejak 2015. Setiap artikel yang saya tulis adalah refleksi dedikasi saya untuk membawa nilai-nilai edukatif ke dunia digital.

Jenis pola asuh orang tua akan berpengaruh pada perkembangan anak baik secara emosional, sosial, maupun perilaku. Pola asuh yang diterapkan sejak dini akan membentuk karakter anak dan mempengaruhi bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia sekitar. 

Setiap jenis pola asuh memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan kasih sayang, mengajarkan disiplin, dan memberi bimbingan. Oleh karena itu orang tua wajib memilih pola asuh yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak.

Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua

Jenis-jenis pola asuh orang tua, Sumber: brighthorizons.com
Jenis-jenis pola asuh orang tua, Sumber: brighthorizons.com

Sebagai orang tua, tentu Sedulur Yogyaku ingin memberikan yang terbaik untuk sang buah hati, salah satu caranya yaitu dengan memilih pola asuh yang tepat. Dengan begitu Sedulur Yogyaku bisa meminimalisir speech delay pada anak (keterlambatan berbicara). 

Berikut ini adalah beberapa jenis pola asuh yang bisa Sedulur Yogyaku pilih untuk mendidik anak sehingga sang buah hati bisa tumbuh dan berkembang secara maksimal.

1. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang penuh dengan tuntutan terhadap anaknya, akan tetapi tidak dibarengi dengan pendampingan secara emosional. Orang tua yang menerapkan pola asuh jenis ini biasanya suka mengatur terhadap semua gerak-gerik anak.

Orang tua otoriter cenderung membatasi perilaku anak sehingga berdampak pada kebebasannya. Orang tua otoriter tidak mau menanggapi pendapat anak, saat sedang menghadapi masalah anak harus mengikuti apa yang orang tua perintahkan.

Jika anak tidak mau patuh, orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter tidak segan-segan untuk membentak atau memberi pukulan. Orang tua seperti itu mempercayai bahwa hal tersebut bisa membuat anak mereka menjadi lebih disiplin.

Anak yang diasuh menggunakan pola otoriter akan memiliki sikap yang tidak percaya diri, cenderung temperamental, suka bergantung pada orang lain dan tidak bisa membuat keputusan sendiri. 

2. Pola Asuh Otoritatif

Jenis pola asuh orang tua yang kedua termasuk pola asuh yang positif karena mampu membangun komunikasi dengan anak. Pola asuh otoritatif tidak menuntut anak akan tetapi justru lebih memperhatikan respon yang diberikan oleh sang anak.

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif memiliki sikap yang mampu memahami perasaan anak atas semua peristiwa yang dilewati. Oleh karena itu anak memiliki emosi yang lebih terkelola. 

Meskipun demikian orang tua tetap memberikan tuntutan ekspektasi pada sang anak dan bersikap realistis. Jadi anak-anak tidak dituntut untuk selalu benar dan orang tua turut serta dalam memantau perkembangan anak dalam kesehariannya.

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif cenderung lebih mampu bersikap terbuka dan memberi peluang untuk diskusi ketika menghadapi masalah alih-alih memberikan hukuman pada anak.

3. Pola Asuh Permisif

Pola asuh dapat membentuk karakter anak, Sumber: cadence-education.com
Pola asuh dapat membentuk karakter anak, Sumber: cadence-education.com

Pola asuh permisif bisa dilakukan oleh orang tua yang ingin memberikan kebebasan lebih kepada anak yang diimbangi dengan sedikit aturan atau batasan. Orang yang menerapkan pola asuh ini lebih menekankan peran mereka sebagai teman dibanding figur otoritas.

Orang tua sering kali menghindari konflik dengan anak dan lebih memilih untuk memenuhi keinginan anak agar mereka merasa bahagia. Pola asuh permisif mampu menciptakan sebuah hubungan yang penuh dengan kasih sayang.

Namun kekurangan dari pola asuh permisif adalah akan membuat anak kurang memiliki sikap disiplin. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini mungkin kesulitan memahami batasan dan aturan yang ada dalam kehidupan.

Mereka cenderung tidak terbiasa menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka. Hal ini bisa berdampak pada pengembangan kemandirian dan kemampuan anak untuk mengelola emosi atau mengatasi tantangan.

4. Attachment Parenting

Jenis pola asuh orang tua yang satu ini cukup sportif terhadap tumbuh kembang anak. Attachment parenting memungkinkan orang tua untuk memberi kesempatan pada anak-anak mereka untuk menjelajahi berbagai pengalaman hidup.

Meskipun demikian, orang tua tetap memberi pendampingan dan juga kasih sayang yang intens dan seimbang. Attachment parenting bisa membuat anak memiliki keberanian dalam berkomunikasi, anak lebih percaya diri, dan mudah bergaul dengan orang lain.

Meskipun demikian, attachment parenting tetap memiliki kekurangan. Anak yang selalu mendapat perhatian penuh dan dilindungi secara emosional mungkin cenderung bergantung pada orang tua.

Jadi mereka sulit untuk mengembangkan kemandirian. Selain itu, mereka bisa menjadi terlalu peka terhadap kritik atau situasi yang menantang. Oleh karena orang tua sebaiknya mampu menyeimbangkan antara kasih sayang dan kemandirian anak.

5. Gentle Parenting

Gentle parenting adalah pola asuh yang lebih mengutamakan prinsip empati, pengertian rasa hormat dan juga batasan. Gentle parenting lebih baik dalam hal kolaborasi karena orang tua dan anak akan saling memberikan kasih sayang. 

Orang tua yang menerapkan pola asuh gentle parenting biasanya akan mengajarkan pada anak-anak mereka untuk lebih sadar atas semua hal yang mereka lakukan. Orang tua akan lebih membantu anak dalam mengelola emosi dan cara mereka berkomunikasi.

Hal itu dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak berdasarkan sifat masing-masing anak. Orang tua penganut gentle parenting tidak suka memaksakan kehendak mereka dan justru lebih suka memberi kebebasan namun tetap tidak berlebihan.

Gentle parenting akan menghasilkan anak yang memiliki empati tinggi, mudah bersosialisasi, mampu mengungkapkan perasaannya, dan memiliki sikap yang tenang. Hal itu membuat pola asuh gentle parenting menjadi salah satu yang direkomendasikan.

6. Pola Asuh Free Range

Pola asuh berpengaruh terhadap interaksi anak dengan lingkungan, Sumber: pexels.com
Pola asuh berpengaruh terhadap interaksi anak dengan lingkungan, Sumber: pexels.com

Pola asuh free range adalah jenis pengasuhan yang tidak memberi tekanan berlebih pada anak. Orang tua penganut pola asuh free range suka mendorong anak untuk bersikap percaya diri dan mandiri.

Pola asuh free range biasanya dimiliki oleh orang tua yang mengharapkan anak-anak mereka bisa bertindak sesuai dengan usia mereka. Oleh karena itu free range parenting lebih banyak mengarahkan anak-anak untuk mengeksplor alam.

Biasanya anak-anak yang dididik menggunakan pola asuh free range memiliki kepribadian yang santai, kreatif, dan mudah bergaul. Mereka cenderung tidak memiliki rasa cemas yang berlebihan jika dewasa nanti.

Itulah 7 jenis pola asuh orang tua yang bisa diterapkan untuk mendidik sang buah hati. Untuk informasi lebih lanjut mengenai parenting dan tips-tips bermanfaat lainnya, update terus artikel-artikel terbaru dari Yogyaku.