Baru-baru ini pendidikan Indonesia tengah dihebohkan dengan adanya siswa SMP tidak bisa membaca. Fakta itu tentu mendatangkan berbagai respon dari masyarakat. Ada yang mempertanyakan kenapa bisa terjadi, bahkan ada yang hingga menyalahkan penyelenggara pendidikan.
Adanya respon negatif pada setiap fenomena buruk merupakan hal yang lumrah. Terlebih jika hal itu menyangkut dunia pendidikan. Sebab tidak dipungkiri mereka yang sedang berada di bangku pendidikan adalah calon generasi penerus bangsa.
Lantas sebenarnya mengapa fenomena ini bisa terjadi? Ulasan opini berikut bisa Sedulur Yogyaku jadikan sebagai referensi tambahan.
Mewujudkan Pendidikan Berkualitas
Adanya fakta ada siswa SMP tidak bisa membaca sebenarnya menjadi indikasi. Dimana hingga saat ini, pendidikan Indonesia masih belum berkualitas. Sebab fenomena tersebut juga didukung dengan urutan pendidikan Indonesia.
Menurut survei dari Political and Economic Risk Consultant (PERC), pendidikan Indonesia tahun 2023 berada di nomor 12 dari 12 negara ASEAN. Sedangkan di tingkat dunia, urutan pendidikan Indonesia berada di nomor 67 dari 203 negara.
Dengan data tersebut, sudah selayaknya pemerintah terus mengupayakan peningkatan mutu pendidikan. Sebab sebenarnya masalah tidak hanya soal siswa SMP tidak bisa membaca. Masih banyak hal lain yang masih perlu diperbaiki.
Di Kota Jogja saja yang mendapat predikat sebagai Kota Pelajar, saat ini kualitas pendidikannya seakan juga menurun. Selain menurunnya prestasi akademik, di Jogja juga masih dijumpai anak putus sekolah. Bahkan hingga saat ini, kasus klitih di Jogja masih terjadi dimana pelajar sering terlibat.
Mewujudkan pendidikan berkualitas pada dasarnya tidak hanya soal gonta-ganti kurikulum. Perlu perumusan mendasar, mulai dari tujuan diselenggarakannya pendidikan hingga cara mencapainya.
Mendidik manusia tidak sebatas menciptakan tenaga kerja. Atau menciptakan sumber daya manusia berdaya saing. Selain itu, mendidik karakter manusia juga tidak akan pernah bisa dicapai. Sebab pendidikan pada akhirnya untuk membentuk kepribadian seseorang.
Pembentukan kepribadian manusia akan melibatkan banyak komponen. Dimana hal itu tidak akan tercapai jika yang diasah hanya keterampilan. Kepribadian manusia tercipta dari pemenuhan kebutuhan mendasar yang kompleks.
Kebutuhan itu tentu tidak hanya pemenuhan kemampuan verbal, namun juga non verbal. Pendidikan berkualitas tentu akan melibatkan semua indera manusia. Selain kelima panca indera, tentu juga dibersamai dengan terlibatnya perasaan dan akal dalam proses pembelajaran.
Mengapa Siswa SMP Tidak Bisa Membaca?
Tentu adanya anak SMP tidak bisa membaca dipengaruhi banyak faktor. Dan berikut adalah beberapa sebab mengapa fenomena ini bisa terjadi:
1. Dampak Covid 19
Siswa yang saat ini duduk di bangku SMP adalah mereka yang diterpa wabah Covid 19. Dimana ketika masa itu, semua merasakan bahwa segala aktivitas menjadi terbatas. Termasuk dalam dunia pendidikan.
Ketika masa isolasi Covid 19, pendidikan Indonesia jauh dari kata proporsional. Sebab saat itu pendidikan dijalankan dengan cara daring. Dimana interaksi guru dan murid terbatas hanya melalui jejaring internet. Hal ini sangat tidak efektif untuk menjalankan proses pembelajaran.
Tidak bisa dipungkiri untuk pencerapan ilmu akan lebih maksimal jika dilakukan dengan tatap muka secara langsung. Dengan hal ini, selain guru bisa mengontrol murid ilmu yang disampaikan juga bisa tersampaikan maksimal. Berbeda dengan internet yang terkadang jaringan terputus.
2. Kurikulum Pendidikan
Selain karena faktor pandemi Covid 19, kurikulum pendidikan juga memberi pengaruh. Saat ini Indonesia menerapkan Kurikulum Merdeka.
Dari pandangan para ahli, kebijakan siswa tidak boleh tinggal kelas dalam kurikulum ini begitu berdampak. Karena kebijakan ini, pada akhirnya murid tidak risau lagi jika tidak berprestasi. Bahkan lebih parah lagi, siswa juga tidak merasa malu saat tidak bisa membaca maupun menghitung.
Anak SMP tidak bisa membaca hanyalah sebagian kasus yang terangkat. Selain itu sebenarnya masih ada siswa yang juga belum bisa menghitung.
Dari hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA), kemampuan matematika siswa Indonesia masih di bawah standar. Dimana pada tahun 2022, rata-rata skor matematika siswa Indonesia adalah 381, jauh dari negara lain yang rata-ratanya 497.
3. Kurangnya Peran Orang Tua
Dan selain itu yang juga menjadi sebab adanya siswa SMP tidak bisa membaca juga karena faktor orang tua. Dimana saat ini di Indonesia kepedulian orang tua pada pendidikan anaknya masih minim.
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa tugas mereka hanyalah mencari uang. Dengan adanya uang, mereka berdalih bisa memasukkan anak pada sekolahan yang layak. Dan dengan itu, seakan tanggung jawab mendidik anak sudah selesai.
Maka tidak heran jika dijumpai orang tua yang tidak lagi peduli ketika anak belajar di rumah. Dengan alasan minimnya ilmu dan pengetahuan, mereka enggan menemani anak belajar di rumah. Padahal dengan menemani saja sudah menjadi nilai tersendiri untuk memacu semangat anak dalam belajar.
Bagaimana Solusinya?
Fakta adanya siswa SMP tidak bisa membaca pada akhirnya menjadi problem. Dimana baik pihak penyelenggara pendidikan maupun guru dan orang tua harus mencari solusi. Sebab jika tidak segera ditangani, masalah tentu akan semakin luas.
Dalam dunia pendidikan sering terdengar istilah buka adalah jendela dunia. Lantas bagaimana pada siswa akan menjelajahi dunia jika mereka tidak mampu membaca.
Jika saat ini ada yang mengklaim telah ada solusi, maka hal itu masih jauh dari harapan. Baik dari sistem zonasi sekolah yang digagas pemerintah, hingga jam tambahan di luar sekolah itu sebatas solusi parsial. Dimana bisa jadi masalah di satu sekolah teratasi, namun di sekolah lain belum tentu.
Dengan demikian perlu solusi yang komprehensif dan matang. Sebab problem siswa SMP tidak bisa membaca tidak hanya dijumpai di beberapa daerah Indonesia. Namun juga di daerah-daerah yang lain.
Lantas solusi seperti apa yang bisa untuk menyelesaikan masalah ini? Jika Sedulur Yogyaku memiliki alternatif solusinya, boleh dituliskan pada kolom komentar!