Tak disangka-sangka, bulan Ramadhan akan tiba tidak lama lagi. Ketika menjalani bulan puasa, tentu lebaran menjadi salah satu tujuan utama. Berbicara tentang lebaran, bagi mereka yang berada di Jogja tentu tidak lagi merasa asing dengan beberapa tradisi lebaran di Jogja.
Ya, setiap daerah atau kota di Indonesia memang biasanya memiliki tradisi atau kebiasaan tersendiri dalam merayakan hari-hari besar. Tradisi seperti inilah yang biasanya dirindukan dan memberikan perasaan excited tersendiri ketika lebaran hampir tiba.
Nah, langsung saja, berikut beberapa kebiasaan unik lebaran di Jogja yang unik dan jarang ditemui di tempat lain. Apa saja?
Alasan Mengapa Harus Merayakan Lebaran di Jogja
Sebagai salah satu kota impian di Indonesia, Jogja memang menyimpan banyak daya tarik tersendiri. Bukan hanya sekadar tempat wisata, namun ada nilai lain yang seakan sulit untuk dijelaskan dengan kata.
Bagi para perantau yang tidak bisa pulang ketika Lebaran tiba, tak perlu terlalu bersedih hati. Sebab, ada beberapa alasan khusus mengapa sesekali perlu merayakan Idul Fitri di sini. Apa saja? Ini beberapa diantaranya.
1. Banyak Kuliner Khas
Lebaran memang identik dengan opor ayam dan ketupat. Namun, ketika di Jogja juga banyak orang yang menyajikan makanan lain seperti gudeg, hingga kue dan camilan khas lainnya.
Jika ingin merasakan suasana lebaran yang sesungguhnya, tidak ada salahnya untuk membeli beberapa makanan beberapa hari sebelum lebaran tiba. Cara yang cukup mudah bagi mereka yang tidak bisa leluasa memasak ketika di perantauan.
2. Masyarakatnya Terkenal Ramah
Menghabiskan lebaran dengan keluarga tentu impian semua orang. Namun, jika masih berada di Jogja dan tak bisa mudik, keramahan masyarakat sekitar bisa menjadi obat tersendiri.
Tidak ada salahnya untuk bertamu ke tetangga sekitar, mereka akan dengan senang hati menyambut dan menyuguhkan makanan khas yang lezat. Rindu pada keluarga pun setidaknya akan sedikit terobati.
3. Ada Banyak Tradisi yang Menakjubkan
Alasan lain tentu saja karena tradisinya yang beragam dan menarik. Bahkan, terkadang setiap kampung mengadakan acara khusu yang membuat suasana lebaran semakin semarak.
Selain itu, ada juga beberapa tradisi khas dari Keraton yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat biasa ketika lebaran tiba.
Tradisi Lebaran di Jogja yang Tak Bisa Dirasakan di Tempat Lain, Ada Apa Saja?
Merayakan kemenangan di Hari Raya Idul Fitri bersama dengan keluarga memang menjadi salah satu bagian paling menyenangkan dalam hidup. Apalagi jika mengisinya dengan beberapa kebiasaan yang tak biasa.
Bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, Hari Raya Idul Fitri bukan hanya sekadar menyantap kue lebaran dan opor ayam, namun ada juga tradisi khusus yang sayang dilewatkan.
Langsung saja, yuk intip beberapa suasana lebaran di Jogja yang khas dan jarang ditemui di tempat lain.
1. Tradisi Halal Bihalal atau Sungkeman
Apalah artinya merayakan lebaran jika tidak melakukan halal bihalal pada orang-orang terdekat. Kegiatan bertemu, bersilaturahmi dan bermaaf-maafan ini memang bisa dikatakan sebagai puncak perayaan hari raya.
Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan untuk berhalal bihalal. Cara yang paling umum adalah berkumpul di rumah keluarga, bertamu ke rumah tetangga dekat, hingga orang yang dianggap lebih tua dan disegani.
Sedangkan cara lain adalah menggelar acara halal bihalal secara lebih resmi. Misalnya di sebuah gedung lengkap dengan menyediakan makanan dan beberapa peralatan penunjang lainnya atau di berbagai masjid secara umum termasuk Masjid Pathok Negoro.
2. Tradisi Ngabekten
Ngabekten merupakan upacara adat yang dgelar oleh Keraton Yogyakarta dengan tujuan menghormati para leluhur.
Prosesi Ngabekten ini biasanya dilakukan dua kali setiap tahunnya. Yakni pada bulan Ramadhan dan bulan Syawal. Pada perayaan lebaran, biasanya dilakukan pada hari pertama hingga kedua Hari Raya.
Karena memiliki nilai budaya yang tinggi dan sakral, tradisi Ngabekten kini sudah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO. Pengakuan tersebut sudah diberikan sejak tahun 2018 lalu.
3. Tradisi Tumpengan
Bagi suku Jawa, Tumpengan memang sudah menjadi salah satu bagian penting dalam setiap perayaan, termasuk perayaan Hari Raya Idul Fitri. Tumpengan biasanya diisi dengan nasi kuning lengkap dengan lauk dan sayurnya.
Bukan diletakkan di piring biasa, namun nasi tumpengan disusun di sebuah tampah besar dan dihiasi dengan lauk dan sayurnya. Namun, ketika perayaan lebaran lauk yang dipilih berupa opor ayam, ketupat, kue tradisional dan lain sebagainya.
Karena ukurannya yang besar, nasi tumpengan ini biasanya disantap bersama dengan orang terdekat. Selanjutnya, biasanya juga dibagi-bagikan dengan tetangga dan juga saudara.
4. Kirab Bakdo Kupat
Tradisi unik di Yogyakarta yang juga kerap diselenggarakan dalam rangka merayakan lebaran adalah tradisi Bakdo Kupat. Dalam tradisi ini, warga akan berbondong-bondong untuk berebut kupat.
Tidak hanya tersedia kupat dalam artian sebenarnya, tetapi terdapat pula kupat yang berisikan uang. Dalam tradisi Bakdo Kupat ini setidaknya tersedia sekitar kurang lebih 1000 kupat yang nantinya akan diperebutkan oleh warga.
Sebelum akhirnya diperebutkan, kupat akan disusun menjadi gunungan dan dilakukan kirab. Tradisi Bakdo Kupat dilakukan sebagai bentuk syukur dan sebagai simbol saling memaafkan setelah sebulan lamanya menjalani ibadah puasa.
5. Kirab Budaya
Bagi masyarakat Jawa termasuk Jogja, kirab budaya sudah menjadi salah satu prosesi wajib yang dilakukan pada hari besar, baik nasional maupun agama. Begitu pula ketika lebaran tiba.
Banyak kelompok masyarakat, pondok pesantren Jogja, hingga pemerintah yang mengadakan kirab budaya dengan berjalan bersama-sama. Bukan sekadar jalan biasa, namun para pesertanya akan mengenakan pakaian khusus dan mengiring gunungan bahan makanan.
Setelahnya, bahan makanan dan makanan matang yang dibawa berkeliling tadi akan dibagi bahkan diperebutkan. Masyarakat setempat percaya bahwa makanan tersebut akan diberkahi.
6. Grebeg Syawal dan Grebeg Besar
Jika dilihat secara sekilas, sebenarnya tradisi lebaran di Jogja tidak jauh berbeda dengan tradisi yang sebelumnya. Dimana, akan ada iring-iringan manusia yang berjalan dengan pakaian tertentu.
Tidak lupa pula arak-arakan makanan, bahan pangan, hingga benda simbolik lain yang berhubungan dengan budaya dan lebaran ikut meramaikan. Namun, penonton dan penikmat keramaian tetap tidak akan melewatkan prosesi ini.
Grebeg Syawal biasanya akan digelar pada pagi hari ketika Idul Fitri. Sedangkan Grebeg Besar beberapa hari setelahnya. Jadi, Sedulur Yogyaku bisa menonton salah satunya jika masih banyak acara lain yang akan dilakukan ketika lebaran.
Itulah beberapa tradisi lebaran di Jogja yang khas dan sangat sayang untuk dilewatkan. Beberapa tradisi dan prosesi yang sudah disebutkan di atas tidak lain adalah untuk merayakan kemenangan setelah berpuasa dengan lebih semarak dan sarat akan nilai budaya.
Jika Sedulur Yogyaku masih mencari informasi menarik lain yang berhubungan dengan Jogja, maka bisa langsung mengaksesnya di laman utama Yogyaku. Semoga bermanfaat!