Jika berbicara tentang tempat wisata hingga bangunan-bangunan bersejarah, rasanya tidak akan ada yang tidak setuju jika Jogja salah satu kota yang hampir memiliki semuanya. Sebut saja Benteng Cepuri, salah satu tempat yang masih cukup menarik untuk dikunjungi hingga saat ini.
Tidak seperti kebanyakan tempat wisata, Benteng Cepuri ini bisa dikatakan sebagai salah satu situs peninggalan. Tentu, tidak ada tiket masuk yang harus dibayarkan ketika akan memasuki tempat ini.
Untuk Sedulur Yogyaku yang sudah mulai merasa penasaran, yuk kenali lebih dalam Benteng Cepuri Kotagede, salah satu tempat yang menarik untuk didatangi meski bentuknya sudah tidak seutuh sedia kala.
Mengenal Situs Benteng Cepuri, Salah Satu Peninggalan Penting dari Kerajaan Mataram
Seperti yang sudah disebutkan tadi, Benteng Cepuri merupakan salah satu situs dari peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang ada di Kotagede, Jogja. Bentuknya sudah menjadi reruntuhan, meskipun ada beberapa titik yang masih berupa seperti dinding atau benteng.
Bagi beberapa kalangan masyarakat, benteng ini juga sering disebut dengan nama Bokong Semar. Hal tersebut dikarenakan bentuk dindingnya melengkung dan sering dimiripkan dengan bentuk bokong.
Tujuan utama dari pembangunan banteng ini pada zaman dahulu adalah untuk melindungi Keraton Mataram atau Kedhaton. Terus dikembangkan, pembangunan benteng dimulai dari pemerintahan Panembahan Senapati hingga Panembahan Hanyakrawati dan awal pemerintahan Sultan Agung.
Karena tujuan utamanya sebagai perlindungan, maka Panembahan Senopati membangun benteng ini lengkap dengan parit pertahanan yang ada di sekeliling Keraton. Tidak sedikit, luas dari benteng ini sekitar 400 x 400 meter.
Jika Sedulur Yogyaku ingin melihat sisa-sisa benteng yang asli, maka bisa langsung menuju ke pojok barat daya dan tenggara. Di sini akan ditemukan tembok tebal berukuran empat kaki yang terbuat dari balok batu berukuran besar.
Sedangkan jika pengunjung ingin melihat sisa parit pertahanan yang masih asli, bisa langsung menuju sisi timur, barat dan juga selatan. Seperti yang dibayangkan, penampakannya seperti parit yang cukup dalam dan cukup untuk menghalau pihak yang memiliki maksud jahat.
Jika dilihat dari strukturnya, bangunan benteng ini dibangun dengan menggunakan batu putih yang ukurannya cukup besar. Dimana, tingginya bisa mencapai lebih dari 3,5 meter, sedangkan lebarnya tidak kurang dari 2 meter.
Jika pengunjung menuju sisi utara benteng ini, maka akan menemukan Benteng Jebolan Raden Rangga, yang merupakan reruntuhan dari bangunan benteng itu sendiri.
Namun sayangnya, sudah ada cukup banyak bagian dari reruntuhan benteng yang hilang tak bersisa. Baik tertimbun maupun karena daerah ini merupakan salah satu daerah pemukiman penduduk yang sangat padat.
Sejarah Benteng Cepuri, Kisah Panjang yang Sayang Untuk Dilewatkan
Jika berbicara tentang sejarah Benteng Cepuri, maka kisahnya akan cukup panjang. Singkatnya, berdirinya banteng ini adalah ketika Pulau Jawa ada di bawah kekuasaan Kesultanan Pajang di Jawa Tengah.
Pada waktu itu, Sultan Hadiwijaya yang sedang berkuasa menghadiahkan hutan bernama Alas Mentaok pada Ki Gede Pemanahan. Alasannya karena beliau berhasil mengalahkan musuh kerajaan yang sempat mengancam.
Mendapatkan hadiah besar, Ki Gede Pemanahan bersama dengan para pengikut dan keluarganya pun memutuskan pindah. Sebenarnya, Alas Mentaok yang dihadiahkan ini adalah bekas Kerajaan Mataram Hindu.
Dipimmpin oleh orang yang bijaksana, Alas Mentaok semakin besar dan maju. Bahkan, ketika Ki Gede Pemanahan wafat dan digantikan anaknya yang bernama Senapati Ingalaga, kawasan ini tetap maju dan semakin tersohor.
Karena kemajuannnya inilah, kawasan ini kerap disebut dengan nama Kotagede yang berarti kota besar. Nama tersebut pun masih dipertahankan hingga saat ini.
Semakin maju, Senapati akhirnya memutuskan untuk membangun benteng pertahanan yang besar. Ada dua banteng yang dibangun, yakni banteng dalam (Cepuri) dan banteng luar (Baluwarti).
Hal inilah mengapa banyak orang yang menyebut bahwa Benteng Cepuri merupakan bukti dan symbol betapa jayanya Kesultanan Mataram Islam pada saat itu. Yang mana, bisa menguasai hampir seluruh kawasan Pulau Jawa.
Jika ditilik dari Kronik Momana Jawa, banteng ini dipercayai mulai dibangun pada tahun 1507 sampai 1516. Dimana, pembangunan pada saat ini masih menggunakan alat dan cara yang tradisional.
Adanya benteng ini juga berfungsi sebagai pemisah antara Jeron Beteng atau istana dari wilayah Jaba Beteng atau tempat tinggal rakyat biasa.
Adanya parit pada sekitar benteng tentu bukan tanpa tujuan. Dimana, tujuan utamanya adalah untuk alasan keamanan, yakni menghalau pihak luar yang memiliki maksud jahat seperti menyerang istana.
Alamat dan Rute Menuju Benteng Cepuri
Alamat situs Benteng Cepuri ini berada di Jl. Masjid Besar, Purbayan, Kec. Kotagede, Yogyakarta. Selain itu, situs ini juga buka 24 jam, sehingga bisa dikunjungi kapan saja. Namun tetap saja tidak disarankan untuk mengunjunginya terlalu malam. Sedulur Yogyaku juga bisa berburu jajanan khas Kotagede yang banyak dijajakan di sekitar lokasi.
Rute untuk mengunjungi situs ini juga tidak bisa dikatakan sulit. Jika ingin menjangkaunya dari Malioboro, jaraknya hanya sekitar 7 km saja. Jika naik kendaraan roda dua, bisa menempuhnya dengan waktu sekitar 15 menit.
Namun, jika Sedulur Yogyaku ingin mendatanginya dari Jalan Kaliurang, maka jaraknya akan lebih jauh. Yakni sekitar 20 km dengan waktu tempuh lebih dari setengah jam.
Itulah informasi tentang Benteng Cepuri, sebuah situs yang sangat pantas untuk didatangi sesekali untuk sekadar mengenang betapa hebatnya peradaban Jawa sejak ratusan tahun lalu.Jika Sedulur Yogyaku masih mencari informasi lain seperti Masjid Pathok Negoro maka bisa langsung mencari informasinya di laman utama Yogyaku!