Yogyakarta, salah satu kota yang tidak hanya memiliki budaya dan keindahan alam yang luar biasa, tapi juga bangunan-bangunan ikonik bersejarah yang sampai kini masih berdiri dengan kokohnya. Salah satu contohnya adalah Klenteng Fuk Ling Miau.
Klenteng Fuk Ling Miau bukanlah tempat ibadah untuk umat Buddha dan Kong Hu Cu saja, namun memiliki sejarah yang cukup panjang. Dimana, saat ini sudah berdiri selama lebih dari 200 tahun, namun masih bisa digunakan bagaimana semestinya.
Nah, bagi Sedulur Yogyaku yang ingin tahu lebih banyak tentang bangunan ikonik ini, yuk simak informasinya di bawah ini.
Klenteng Fuk Ling Miau, Kelenteng Paling Tua yang Ada di Yogyakarta
Jika umat Islam di Jogja memiliki masjid Perak Kotagede yang sangat terkenal, maka umat Buddha dan Kong Hu Cu juga sama dengan klentengnya. Klenteng ini sendiri berada di bawah naungan Yayasan Tempat Ibadah Fuk Ling Miau.
Karena sudah berdiri hingga ratusan tahun dan memiliki nilai historisnya tersendiri, Klenteng Fuk Ling Miau akhirnya masuk dalam daftar cagar budaya, yang diresmikan pada 26 Maret 2007.
Penetapan tersebut tertulis dalam Surat Perintah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. PM.25/PW.007/MKP/2007. Penetapan ini tentu memberikan dampak positif bagi bangunan itu sendiri.
Nama Fuk Ling Miau juga memiliki maknanya tersendiri. Yang mana kata Fak memiliki arti berkah, Ling memiliki arti tiada tara, dan Miau memiliki arti klenteng. Jadi, arti dari nama tersebut adalah klenteng berkah tiada tara.
Klenteng Fuk Ling Miau juga sering disebut dengan nama Klenteng Gondomanan. Hal itu tentu dikarenakan lokasinya yang berada di kawasan tersebut. Jadi, jangan merasa heran ya jika ada orang yang menyebutnya dengan nama demikian.
Keunikan Klenteng Fuk Ling Miau, Tidak Lupa Mengambil Unsur Jawa
Salah satu keunikan utama yang ada pada klenteng ini ialah diambilnya unsur Jawa pada bangunan tersebut. Dimana nuansa Jawa tersebut bisa dilihat pada bagian atap sumur langit.
Sedangkan untuk unsur Cinanya tentu lebih mendominasi, yang bisa langsung dilihat pada patung dewa, tulisan, gambaran, dan tentu saja warna merah yang sudah sangat khas.
Hal unik lainnya yang ada di sini juga terdapat pada keberadaan dua ekor naga langit yang sedang menghadap ke arah mutiara api. Dimana, ornamen ini jarang ditemui pada klenteng lainnya.
Sejarah Klenteng Fuk Ling Miau, Sudah Mulai Dibangun Sejak Tahun 1846
Selain sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta, histori pembangunan tempat ibadah ini juga menarik untuk disimak. Siapa yang menyangka jika bangunan ini sudah mulai didirikan sejak tahun 1846 oleh masyarakat Cina yang saat itu tinggal di Yogyakarta.
Kemudian, Klenteng Fuk Ling Miau baru benar-benar dibangun pada tahun 1900 di atas tanah yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Hal ini merupakan hasil dari usaha yang dilakukan oleh Yap Ping Liem yang merupakan seorang Mayor Tionghoa.
Pada saat itu, Keraton Yogyakarta memutuskan untuk menghibahkan tanahnya seluas 1150 meter persegi untuk tempat ibadah bagi masyarakat Cina. Pemberian tanah ini diresmikan pada 15 Agustus 1900.
Tidak selalu berjalan mulus, sekitar tahun 1940-an perkembangan tempat ibadah ini bisa dikatakan mengalami kemunduran. Salah satu alasannya adalah karena keturunan Tionghoa yang ada di sekitar wilayah tersebut kurang tertarik untuk mewarisi tradisi.
Karena dianggap cukup mengkhawatirkan, akhirnya pada bulan Oktober 1974 dibentuklah yayasan yang memiliki 3 seksi, yakni agama Buddha, Taoisme dan agama Kong Hu Cu. Yayasan tersebut diharapkan bisa mengelola klenteng dengan lebih baik, sehingga bisa berkembang nantinya.
Alamat dan Rute Menuju Klenteng Fuk Ling Miau
Karena sudah menjadi salah satu cagar budaya, tidak heran rasanya jika banyak orang yang penasaran dengan tempat ini, meskipun tidak datang untuk tujuan beribadah. Bagi yang penasaran, alamatnya ada di Jalan Brigjen Katamso No. 3, Prawirodirjan, Kec. Gondomanan, Yogyakarta.
Menuju tempat ini juga tidaklah sulit, karena lokasinya masih tidak jauh dari pusat kota. Jika Sedulur Yogyaku ingin mengunjunginya dari Malioboro, jarak yang ditempuh hanya sekitar satu kilometer saja.
Sedangkan jika ingin mengunjunginya dari sekitaran Kaliurang, jarak yang harus ditempuh lebih dari delapan kilometer. Jika menggunakan sepeda motor, biasanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit perjalanan.
Untuk jam bukanya sendiri, Klenteng Fuk Ling Miau mulai buka pada pukul 07.00 pagi dan tutup pada pukul 20.00 malam. Jadi, ada banyak sekali rentang waktu yang bisa digunakan jika ingin berkunjung ke sini.
Tips Ketika Akan Berkunjung ke Klenteng Fuk Ling Miau
Karena memiliki bangunan yang sangat cantik dan megah, tidak heran rasanya jika banyak orang yang datang hanya untuk melihat-lihat dan berfoto. Namun, perlu diingat bahwa tempat ini merupakan tempat ibadah.
Selain menggunakan pakaian yang sopan, jangan lupa juga untuk menjaga sopan santun dan adab, sehingga tidak mengganggu umat yang sedang beribadah. Akan lebih baik jika pengunjung meminta izin terlebih dahulu sebelum memasuki kawasan ini pada pihak terkait.
Itulah rangkuman informasi tentang Klenteng Fuk Ling Miau, salah satu bangunan yang menjadi simbol toleransi yang ada di Yogyakarta. Dari megahnya bangunan tersebut, diharapkan siapa saja bisa lebih saling menghargai tidak peduli dengan ras atau agama seseorang.
Nah, jika Sedulur Yogyaku ingin mencari lebih banyak rekomendasi tempat menarik atau memiliki sejarah yang unik, maka bisa langsung mencarinya di laman utama Yogyaku. Semoga bermanfaat!