6 Masjid Tertua di Jogja, Saksi Penyebaran Islam Masa Lalu

Photo of author

Ditulis oleh Melynda Dyah

Seorang Content Writer yang membawa semangat dan kreativitas dalam setiap tulisannya. Bekerja untuk Zeka Digital dan untuk diri sendiri.

Yogyakarta adalah kota dengan pesona budaya dan tradisi Jawa yang kental. Di balik keindahan dan keragaman kotanya, tersembunyi berbagai masjid tertua yang menjadi saksi bisu penyebaran dan perkembangan Islam di Kota Jogja.

Masjid-masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja. Melainkan, juga menyimpan nilai-nilai historis serta kaya akan arsitektur. Sehingga, mampu mencerminkan perpaduan harmonis antara nilai Islam dan seni budaya Jawa.

Setiap bangunan memiliki gaya arsitektur yang unik dan mampu menggambarkan kearifan lokal masyarakat Jawa pada masa itu. Setiap detail bangunannya, dirancang dengan teliti, untuk menghadirkan kesan sakral dan tenang.

Sebagai bagian dari warisan budaya leluhur, berbagai masjid tertua di Jogja ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjungnya. Untuk lebih mengetahui tentang sejarah dan peradaban Islam di Kota Yogyakarta.

Satu hal yang tidak kalah menarik, beberapa masjid berada di sepanjang sumbu kosmologis Yogyakarta, yang merupakan sebuah garis imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, dan Laut Selatan.

Masjid-Masjid Tertua di di Kota Jogja

Nah, di bawah ini adalah beberapa masjid tertua di Jogja yang sampai saat ini masih berdiri dengan kokoh, dan menjadi simbol nilai-nilai luhur dan spiritualitas Yogyakarta, di antaranya sebagai berikut: 

1. Masjid Gedhe Mataram Kotagede

Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Sumber: banggabersarung.com
Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Sumber: banggabersarung.com

Masjid Gedhe Mataram Kotagede adalah salah satu masjid tertua yang sangat populer di kalangan masyarakat. Masjid satu ini diperkirakan dibangun antara tahun 1571-1601 M oleh Panembahan Senopati pada masa pemerintahannya. 

Namun, ada sumber lain yang mengatakan bahwa Masjid Gedhe Mataram Kotagede dibangun ketika masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Terlepas dari simpang siur berdirinya, masjid ini menjadi bukti jejak sejarah Islam di Yogyakarta. 

Masjid Gedhe Mataram dibangun dengan arsitektur tradisional Jawa dan sampai saat ini masih digunakan sebagai tempat ibadah. Tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga menjadi bagian dari konsep catur gatra tunggal.

Di mana ini meliputi empat elemen. Yaitu kegiatan spiritual, keraton, alun-alun, dan pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi. Masjid Gedhe Mataram Kotagede sendiri berlokasi di Sayangan, Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

2. Masjid Gedhe Kauman

Masjid Gedhe Kauman, Sumber: kompas.com
Masjid Gedhe Kauman, Sumber: kompas.com

Masjid Gedhe Kauman dikenal juga sebagai Masjid Agung atau Masjid Raya Yogyakarta. Salah satu masjid tertua di Jogja ini juga merupakan masjid utama Kesultanan Yogyakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Masjid Gedhe Kauman didirikan pada tahun 1773 M, atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Kiai Faqih Ibrahim Diponingrat. Di mana gaya arsitek Masjid Gedhe Mataram mewarisi gaya arsitek Masjid Demak.

Arsitektur masjid ini memiliki 48 pilar kokoh dan atapnya terdiri dari 16 sisi dengan bentuk tajug lambang teplok atau atap bersusun tiga. Di mana pada bagian kemuncak atap tajug dilengkapi dengan mustoko dari tembaga.

Di era awal Kesultanan Yogyakarta, masjid difungsikan sebagai tempat untuk menyelesaikan masalah terkait hukum Islam. Namun kini, masjid menjadi salah satu tempat untuk kegiataan keagamaan oleh masyarakat Jogja maupun luar Jogja.

3. Masjid Sela atau Masjid Selo

Masjid Sela atau Masjid Selo, Sumber: warta.jogjakota.go.id
Masjid Sela atau Masjid Selo, Sumber: warta.jogjakota.go.id

Masjid Sela atau Masjid Selo juga menjadi salah satu masjid tertua di Jogja. Dibangun pada era Sri Sultan Hamengku Buwono I, masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Batu dan berstatus kagungan ndalem.

Artinya, masjid ini dulunya hanya dikhususkan untuk menunaikan ibadah bagi para pangeran keraton saja. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat di kalangan manapun boleh menggunakan Masjid Sela untuk melakukan ibadah. 

Masjid Sela memiliki arsitektur yang menyerupai bangunan Tamansari dan Keraton Yogyakarta. Hal ini bisa dilihat dari bagian atap dan temboknya yang masih dipertahankan keasliannya sejak pertama kali dibangun.

Kendati demikian, pada bagian lantai yang mulanya menggunakan semen batu merah, kini telah direnovasi menggunakan keramik. Tujuannya agar masyarakat dapat lebih nyaman ketika beribadah di masjid ini.

4. Masjid Perak Kotagede

Masjid Perak Kotagede, Sumber: areajogja.wordpress.com
Masjid Perak Kotagede, Sumber: areajogja.wordpress.com

Masjid Perak Kotagede adalah masjid yang dibangun sekitar tahun 1930-an. Di usianya yang hampir seabad, Masjid Perak dulunya adalah saksi bisu peperangan Islam melawan kolonialisme, sinkretisme, dan komunisme. 

Selain itu, masjid ini juga menjadi salah satu bukti perkembangan Islam di Kotagede. Nama “Perak” sendiri konon katanya diambil dari komoditas para pengrajin yang menyokong biaya pembangunan masjid ini.

Dan di mana penggunaan warna putih pada masjid melambangkan keikhlasan serta kesucian hati para pembangunnya. Masjid Perak Kotagede memiliki bentuk persegi dengan atapnya berbentuk limas yang disangga empat saka guru atau pilar utama. 

Kini, masjid yang berlokasi di Jalan Mondorakan No.11, Prenggan, Kotagede, Kota Yogyakarta ini telah mengalami beberapa kali renovasi dan sekarang menjadi landmark dari Kotagede.

5. Masjid Pathok Negoro

Masjid Pathok Negoro, Sumber: dipastoria.com
Masjid Pathok Negoro, Sumber: dipastoria.com

Masjid Pathok Negoro adalah salah satu masjid tertua di Jogja yang dapat dikatakan memiliki peran penting dalam sejarah Keraton Jogja. Jika dilihat dari maknanya, “Pathok” memiliki arti sesuatu yang ditancapkan sebagai batas atau penanda. 

Sementara “Negoro” bisa berarti negara, kerajaan, maupun pemerintahan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pada masa itu, masjid ini dijadikan sebagai tempat untuk beribadah sekaligus tempat pertahanan rakyat. 

Namun secara keseluruhan, Masjid Pathok Negoro berfungsi sebagai tempat pendidikan, tempat kegiatan keagamaan, bagian sistem pertahanan, dan menjadi bagian dari sistem peradilan keagamaan.

Deretan Masjid Pathok Negoro yang menjadi pilar berdirinya Keraton Jogja ini dibangun di empat penjuru mata angin oleh Kasultanan Yogyakarta. Adapun Masjid Pathok Negoro, yaitu: 

  • Masjid Jami’ An-Nur Mlangi (sebelah Barat dan didirikan pada tahun 1723 M)
  • Masjid Jami’ Sulthoni Plosokuning (sebelah Utara dan didirikan pada tahun 1724 M)
  • Masjid Jami’ Ad-Darojat Babadan (sebelah Timur dan didirikan pada tahun 1774 M)
  • Masjid Nurul Huda Dongkelan (sebelah Selatan dan didirikan pada tahun 1775 M)

6. Masjid Agung Pura Pakualam

Masjid Agung Pura Pakualam, Sumber: anugerahkubah.com
Masjid Agung Pura Pakualam, Sumber: anugerahkubah.com

Satu lagi masjid tertua di Jogja adalah Masjid Agung Pura Pakualam. Masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Sri Paduka Paku Alam II pada tahun 1831 M. Hal ini ditandai dengan adanya batu tulis yang terdapat pada dinding serambi masjid. 

Satu hal yang menarik dari Masjid Agung Pura Pakualam adalah adanya empat buah prasasti, dua buah ditulis dalam huruf Arab dan dua buah dalam huruf Jawa. Prasasti huruf Jawa bisa ditemukan pada sebelah Utara dan Selatan masjid. 

Sementara prasasti huruf Arab berada di sebelah Utara dan Selatan pintu masuk masjid. Masjid Pakualam memiliki gaya arsitektur tradisional yang identik dengan warna kuningnya dan bangunan ini terdiri dari tiga bagian. 

Yaitu bagian utama yang difungsikan sebagai tempat shalat, serambi, dan teras masjid. Apabila Sedulur Yogyaku ingin berkunjung ke Masjid Agung Pura Pakualam, masjid ini berlokasi di Jalan Sewandanan, Gunungketur, Pakualaman, Kota Yogyakarta.

Demikianlah beberapa masjid tertua yang ada di Jogja. Masjid-masjid tersebut ada sebagai bukti penyebaran Islam di Kota Jogja. Apakah Sedulur Yogyaku pernah mengunjungi salah satunya?