Mengenal Tari Klana Raja yang Tercipta di Lingkungan Keraton Jogja

Photo of author

Ditulis oleh Melynda Dyah

Seorang Content Writer yang membawa semangat dan kreativitas dalam setiap tulisannya. Bekerja untuk Zeka Digital dan untuk diri sendiri.

Yogyakarta adalah kota yang kental akan tradisi dan keseniannya. Dimana berbagai tarian klasik masih hidup dan berkembang serta terus dipelihara dan dipertunjukkan. Salah satu tarian klasik yang masih hidup sampai saat ini adalah tari klana raja.

Sejarah Tari Klana Raja

Tentang Tari Klana Raja, Sumber: orami.co.id
Tentang Tari Klana Raja, Sumber: orami.co.id

Tari klana raja atau tari klono rojo adalah sebuah tarian klasik Yogyakarta yang tercetus dari seorang seniman dan budayawan bernama R. Soenartomo Tjondroradono pada tahun 1976 silam.

Penyusunan tarian klana raja bersamaan dengan disusunnya tari klana alus dan tari golek. Tarian ini terinspirasi dari lakon wayang wong, dimana seorang raja tengah jatuh cinta dengan seorang putri.

Alasan itu pula yang menjadikan setiap gerakan pada tarian ini merepresentasikan adegan yang ada pada wayang wong tersebut. Pada hakikatnya, makna tari klana raja sendiri mengacu pada setiap gerakan yang ditampilkan.

Namun secara garis besar, makna dari gerakan tarian klana raja ini merujuk pada kegembiraan seorang raja dengan kepribadiannya yang percaya diri, semangat berkobar, dan bertanggung jawab.

Dari segi penari, berbeda dengan tari oglek yang dimainkan oleh beberapa orang, tari klana raja ini termasuk tarian tunggal yang ditarikan tidak lebih dari satu orang dan dilakukan oleh penari pria.

Gerakan Tari Klana Raja

Gerakan dari Tari Klana Raja, Sumber: kompas.com
Gerakan dari Tari Klana Raja, Sumber: kompas.com

Tari klana raja terdiri dari beberapa gerakan dengan gerakan utama yang terbagi menjadi tiga bagian utama. Awal pembukaan tari dinamakan maju gending, bagian tengah dinamakan klana, dan bagian akhir disebut mundur gending.

Dimana masing-masing uraian gerakan dari tari tersebut diantaranya sebagai berikut: 

  • Sembahan. Gerakan ini dilakukan dengan mempertemukan kedua tangan, kemudian empat jari merapat dan ibu jari tegak menempel pada lubang hidung.
  • Sembahan jengkeng. Gerakan dimulai dengan mengarahkan kedua tangan ke arah dada penari dan mempertemukan kedua telapak tangan, posisi jari-jari rapat sementara ibu jari menempel pada lubang hidung.
  • Kinantang Raja. Tangan kiri penari memegang sampur atau selendang dan diletakkan sejajar dengan kepala samping kiri. Sementara tangan kanan memegang ujung keris dan posisi badan condong ke kiri.
  • Ulap-ulap kanan miring. Posisi tangan kanan berada di depan kening dengan pandangan lurus ke arah depan dan kanan kiri ngepel siku.
  • Ulap-ulap menthok kiri. Posisi tangan kiri berada di depan kening dengan pandangan arah ke depan badan menghadap depan. Sementara tangan kanan ngepel siku di samping pinggang.
  • Miling-miling. Siku di samping kiri dan kanan badan dengan posisi tangan simetris metenteng.
  • Etang-etung. Posisi badan menghadap depan, tangan kanan telunjuk membentang kanan, sementara tangan kiri membuka posisi sejajar dengan bahu.
  • Engkrang. Posisi catok sampur kedua-duanya, ngoyog kanan encot kanan, seblak kiri ngunus kiri (catok) sampur kiri.
  • Keplok asta. Gerakan ini diawali dengan posisi kedua tangan yang ngepel sejajar di depan pinggul (hitungan satu) pergantian tangan kiri berada di atas tangan kanan.
  • Usap rawis. Atau gerak membasuh kumis. Dilakukan dengan tangan kiri nyempurit dan tangan kanan ngruji. Gerak mengayun dari posisi bawah naik ke atas di sekitar kumis.
  • Atrap jamang. Pada gerakan ini posisi tangan kiri ada di depan muka dan tangan kanan nyempurit di samping kanan kening dengan pandangan ke kanan dan kiri.
  • Miwir – bara. Pada gerakan ini, posisi kedua tangan menengadah dan digerakkan ke kanan dan ke kiri sesuai gerak badan sang penari.
  • Lembehan asta. Posisi tangan kanan nyempurit, sementara tangan kiri miwir sampur. Tangan kanan digerakkan ke kanan dan ke kiri secara bergantian.
  • Atur-atur. Tangan kiri ada pada posisi tegak lurus, posisi jari membuka hadap ke arah muka dan tangan kanan memegang ujung siku kiri.
  • Menjangan ranggah. Kedua tangan bertemu dengan saling berhadap dengan posisi jari-jari membuka. Posisi tangan berada di depan muka.
  • Sekar suwun. Posisi tangan kiri berada di atas sejajar dengan muka. Sementara tangan kanan berada di bawah samping pinggul.
  • Ngilo. Posisi kedua tangan memegang sampur. Arah di depan tidak menutup muka, sehingga terlihat jelas dari depan.
  • Tayungan. Gerak berjalan dengan posisi tangan kanan nyempurit dan tangan kiri miwir sampur. Saat berjalan, kaki kanan dan tangan kanan di depan, lalu kaki kiri ke depan dan tangan kanan menutup ke arah depan.

Properti Tari Klana Raja

Properti untuk mendukung penampilan penari, Sumber: kratonjogja.id
Properti untuk mendukung penampilan penari, Sumber: kratonjogja.id

Seperti halnya dengan tarian-tarian tradisional Jogja lainnya, tari klana raja juga dilengkapi dengan properti untuk mendukung kesempurnaan penarinya. Properti yang digunakan pada tarian klana raja sendiri sebagai berikut: 

1. Busana dan Tata Rias

Penari mengenakan busana berupa tropong, sumping mangoro, kalung tanggalan, dan kaweng. Juga mengenakan jarik dengan motif parang barong gordo atau parang rusak gordo yang akan sangat serasi apabila keduanya dikenakan.

Tata rias penari menggunakan riasan yang didominasi dengan warna merah dan tebal, dari alis bahkan sampai kumis semua dibuat tebal untuk memberikan kesan seorang raja yang gagah.

2. Alat Musik

Untuk mengiringi pementasan biasanya menggunakan gamelan klasik Jawa yang dibedakan berdasarkan bagian tarinya. Pada bagian awal tari menggunakan gending-gending lung gadung.

Kemudian pada bagian tengah menggunakan gending-gending genggong. Sementara bagian gerakan tari terakhir menggunakan gamelan yang sama dengan awal tarian, yaitu gending lung gadung.

Nah, itulah tentang tari klana raja yang merupakan tarian klasik Yogyakarta dan sampai saat ini masih dilestarikan. Tertarik untuk mempelajarinya? Namun, selain tarian klana raja, ada juga tari badui yang tidak kalah menarik untuk dipelajari.

Atau tarian-tarian tradisional Jogja lainnya, karena mengingat begitu banyak warisan budaya dan kesenian yang ada di Kota Gudeg tersebut. Jadi, rasanya sayang jika tidak turut andil dalam melestarikannya, kan?