Indonesia memang terkenal dengan seni budaya yang beragam dan seakan tidak ada habisnya. Dari banyaknya seni budaya tersebut, tari-tarian masih menjadi salah satu yang paling disukai sampai sekarang. Terbukti dengan banyaknya tari tradisional Jogja masih masih lestari sampai saat ini.
Meski begitu, tentu saja ada beberapa tari tradisional di Jogja yang sudah semakin sulit ditemui, salah satunya adalah Tari Badui yang berasal dari Sleman. Hal ini tentu menjadi pertanda agar masyarakat sekitar bisa lebih peduli dan menjaga agar tidak ada lagi kebudayaan dan seni tradisional lainnya yang terancam punah.
Nah, berikut beberapa tari tradisional Jogja yang masih cukup eksis sampai saat ini.
Mengenal Tari Tradisional Jogja yang Masih Terjaga Hingga Saat ini
Semua orang rasanya akan setuju jika dikatakan bahwa pertunjukan tari menjadi salah satu pertunjukan yang paling disukai. Apalagi jika pertunjukan tersebut dikemas sedemikian rupa mulai dari tata panggung hingga busananya.
Meski saat ini sudah ada cukup banyak jenis tarian modern yang masuk ke Indonesia, nyatanya tarian tradisional masih bisa bertahan dan tidak kehilangan penggemar. Nah, berikut beberapa tari tradisional Jogja yang masih bisa ditemui hingga saat ini.
1. Tari Oglek
Tari Oglek merupakan salah satu kesenian khas dari Kulon Progo yang masih bertahan hingga saat ini. Salah satu daya tarik utama dari tarian ini adalah adanya satu atau lebih penari yang akan kesurupan ketika pertunjukan berlangsung.
Selain itu, dalam satu pertunjukan, tarian ini akan berlangsung sekitar 2 jam. Sebuah durasi yang cukup panjang namun tetap bisa menghibur siapa saja yang menontonnya. Ditambah lagi dengan busana yang cukup khas dan memiliki warna yang cerah.
Karena biasanya ditonton oleh banyak orang dan membutuhkan tempat yang luas, tari oglek biasanya digelar di tempat terbuka. Seperti kebanyakan kesenian lainnya, tarian satu ini juga memiliki filosofinya tersendiri.
2. Tari Montro
Selain tari oglek, Tari Montro juga merupakan salah satu tari tradisional Jogja yang masih cukup lestari hingga saat ini. Tak hanya sekadar tarian, Tari Montro juga menjadi salah satu ikon dan identitas warga Pleret, Bantul.
Pada awalnya, tarian ini digelar untuk menyemangati para prajurit yang akan berangkat berperang. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, tari ini juga semakin berkembang dan menjadi salah satu media untuk berdakwah.
Kesenian ini bisa dikatakan sebagai salah satu kesenian tradisional yang cukup meriah, karena dalam pertunjukannya dimeriahkan dengan bedug, rebana, kendang dan lain sebagainya.
3. Tari Golek Ayun-Ayun
Tari tradisional Jogja lainnya yang cukup cukup terkenal adalah Tari Golek Ayun-Ayun. Tarian ini biasa dikatakan sebagai salah satu tarian klasik, yang sering ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu penting.
Cerita utama dari tarian ini adalah mengisahkan tentang perempuan muda cantik yang suka bersolek. Biasanya, tarian ini ditampilkan oleh dua orang atau lebih. Karena menceritakan tentang perempuan cantik, maka gerakannya akan sangat lembut dan gemulai.
Selain gerakannya, daya tarik lain dari tarian ini adalah busananya. Biasanya penari akan mengenakan kain batik sebagai bawahan, menggunakan selendang dan tidak lupa hiasan kepala yang sangat cantik.
4. Tari Klana Alus
Tari Klana Alus merupakan salah satu tarian tradisional yang berkembang di lingkungan Keraton. Tarian ini mengambil kisah Prabu Dasalengkara dalam cerita wayang wong Lakon Abimanyu Palakrama sebagai inspirasinya.
Pada cerita tersebut, Prabu Dasalengkara sedang jatuh cinta pada seseorang bernama Dewi Siti Sendari. Maka, jangan heran jika setiap gerakan dari tarian ini cukup lembut dan seakan penuh cinta.
Penari dalam tarian ini biasanya mengenakan pakaian tradisional berupa kain batik untuk bawahan, dan penari laki-laki tidak memakai atasan, namun mengenakan semacam kain selendang.
5. Tari Beksan Lawung Ageng
Tari tradisional Jogja selanjutnya yang juga masih bisa ditemui hingga kini adalah Tari Beksan Lawung Ageng. Tarian ini juga termasuk salah satu tarian yang ada di lingkungan Keraton.
Pada awalnya, tarian ini terinspirasi dari kegiatan yang dilakukan oleh Prajurit Kerajaan pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono I. Penari dalam tarian ini biasanya berjenis kelamin laki-laki dan jumlahnya cukup ramai.
Pada pertunjukannya, tarian ini diiringi oleh gamelan khusus bernama Kiai Guntur Sri. Gerakan dari tarian ini cukup hidup dan juga meriah, sehingga membuat siapa saja yang menontonnya tidak akan merasa bosan.
6. Tari Satrio Watang
Tari Satrio Watang juga sering disebut dengan nama Tari Prawiro Watang. Dalam gerakannya, tarian ini menceritakan tentang prajurit di masa lalu yang jago menggunakan senjata.
Oleh karenanya, jangan heran jika penari yang ikut dalam sebuah pertunjukan cukup ramai dan gerakannya pun cukup meriah. Salah satu gerakan utama dari tarian ini menggunakan tongkat.
Dalam pertunjukannya, Tari Satrio Watang menunjukkan laki-laki yang gagah, berani dan terampil. Hal ini juga bisa dilihat dari pakaiannya yang sangat gagah dan berwibawa.
Itulah beberapa tari tradisional Jogja yang masih bisa ditemui hingga saat ini. Sebagai masyarakat yang baik, ada baiknya Sedulur Yogyaku ikut andil dalam menjaga dan melestarikan kesenian yang sudah diturunkan sejak bertahun-tahun yang lalu.
Cara paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menonton pertunjukan tari tradisional yang ada. Dengan begitu, para penari akan merasa lebih bersemangat dan dihargai, sehingga mereka akan melakukan pekerjaannya dengan lebih bersemangat pula.
Jangan malu dan malas untuk terus menjaga dan melestarikan kesenian Indonesia ya!