Tak bisa dipungkiri minuman kemasan anak begitu diminati. Tidak hanya anak-anak, bahkan kalangan dewasa juga menyukai minuman instan ini. Terlebih minuman semacam ini begitu mudah didapatkan, baik di toko kelontong maupun minimarket.
Ketika panas matahari begitu menyengat, minuman kemasan dingin akan lebih menggoda. Meminumnya seakan segera menghilangkan dahaga. Namun dibalik manis dan nikmatnya minuman ini, apakah aman jika terus dikonsumsi? Terlebih jika yang mengonsumsi adalah anak-anak.
Dari penelitian para ahli, ternyata dibalik manisnya minuman ini terdapat bahaya yang mengintai. Sedulur Yogyaku wajib waspada terutama bagi yang memiliki buah hati.
Konsumsi Minuman Kemasan Anak
Konsumsi minuman kemasan anak dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Selain dikuatkan dengan semakin beragamnya jenis minuman, hal itu juga didukung dengan data. Jika terus berlangsung, bisa jadi kasus gagal ginjal akut pada anak akan semakin banyak ditemukan.
Sebagai minuman yang kenikmatannya bertahan lama, tentu didalamnya mengandung banyak bahan tambahan. Meski kasus efek samping sering terjadi, tampaknya hal itu seakan tidak berdampak bagi masyarakat. Dimana grafik konsumsi jenis minuman ini seakan terus meningkat.
Dari Laporan Center of Indonesia Strategic Development Initiatives (CISDI), peningkatan konsumsi minuman ini cukup drastis. Dimana peningkatan konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) meningkat 15 kali lipat hanya dalam dua dekade.
Hal ini tentu menjadi kabar yang cukup mengagetkan. Meski dari sisi penambahan pungutan pajak menjadi positif, namun memberi dampak negatif bagi pertumbuhan generasi. Sebab mengonsumsi jenis minuman ini tidak hanya memberi dampak langsung, namun ada dampak jangka panjangnya.
Dengan adanya hasil survei tersebut sebaiknya menjadi perhatian bersama. Selain orang dewasa yang sepatutnya memberi contoh, penekanan pada anak sebaiknya juga diperkuat.
Sebab dengan data tersebut seakan menjadi cerminan. Dimana kesadaran menjalani pola hidup sehat di negeri ini masih rendah. Padahal hidup sehat menjadi bekal utama untuk menyongsong kemajuan bangsa.
Bahaya Minuman Kemasan Anak
Bukan untuk ditinggalkan, dengan adanya bahaya dari minuman kemasan anak sebaiknya membuat siapapun waspada. Sebab jika berlebih, ada bahaya yang mengintai seperti:
1. Diabetes
Sebagai minuman yang memiliki rasa manis, tentu di dalamnya mengandung zat gula. Baik gula asli maupun pemanis buatan, keduanya memiliki resiko bahaya. Jika zat gula dalam seseorang berlebih, resikonya adalah terkena diabetes, termasuk anak-anak.
Penyakit diabetes tidak kalah mengerikan dari kasus klitih di Jogja. Meski efeknya tidak menghilangkan nyawa secara langsung, namun penyakit ini membuat penderitanya begitu tersiksa.
Terlebih penyakit diabetes memiliki dua jenis yakni diabetes basah dan kering. Dimana keduanya memiliki karakteristik dan resiko yang sama-sama berbahaya.
2. Obesitas
Bahaya selanjutnya dari terlalu sering mengonsumsi minuman kemasan anak bisa menyebabkan obesitas. Sebab dalam satu kemasan, bisa jadi kandungan gula yang dimilikinya begitu banyak.
Terlebih selain minum minuman kemasan, biasanya dalam sehari anak-anak juga mengkonsumsi yang lain. Dimana setiap yang dikonsumsi anak seringkali mengandung gula. Baik itu makanan seperti cokelat, kue maupun gula-gula.
Saat obesitas anak-anak menjadi berat untuk melakukan aktivitas. Dengan demikian, anak-anak menjadi sulit dalam melakukan pengembangan diri.
3. Batuk-batuk
Dan bahaya yang seringkali langsung berdampak adalah menyebabkan batuk-batuk. Dimana zat gula berlebih pada minuman akan merangsang tenggorokan menjadi gatal. Selain itu juga menyebabkan tenggorokan lebih cepat kering.
Terlalu sering batuk tentu memberikan dampak tersendiri. Sebab perubahan kondisi normal pada tubuh akan memicu reaksi bagian tubuh lain. Kondisi ini bisa jadi memicu munculnya penyakit lain.
4. Gagal Ginjal
Dan selain itu yang mulai dirasakan oleh anak-anak saat ini adalah gagal ginjal. Fenomena yang beberapa waktu yang lalu membuat gempar media sosial.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan, kerusakan ginjal salah satunya disebabkan oleh minuman kemasan. Dengan banyaknya bahan pengawet yang ada didalamnya, hal itu tidak mengherankan. Sebab bahan pengawet memang seringkali mengganggu metabolisme tubuh.
Pada dasarnya segala zat berlebih pada tubuh akan menimbulkan efek bahaya bagi tubuh manusia. Apalagi jika yang berlebih adalah zat gula dan bahan pengawet, tentu hal itu berbahaya. Selain merusak metabolisme tubuh juga akan merangsang kinerja bagian-bagian tubuh tertentu.
Nah itulah beberapa bahaya yang mengintai dari minuman kemasan anak. Selain beberapa bahaya yang telah disebutkan di atas, tentu masih ada potensi bahaya lain. Dimana jika tidak diantisipasi tentu dampak bahayanya akan menjangkiti generasi penerus bangsa.
Dampak Bahaya Lain yang Harus Diwaspadai
Selain memiliki berbagai dampak bahaya yang mengintai, maraknya peredaran minuman kemasan anak juga memiliki dampak lain. Dimana dampak yang cukup terlihat adalah memberikan tambahan beban sampah pada lingkungan.
Hingga kini masalah sampah di Jogja belum teratasi dengan baik. Jika kuota sampah ditambah dengan adanya limbah botol dan plastik dari minuman, tentu semakin menambah masalah. Sebab limbah plastik termasuk sampah yang sulit untuk ditangani.
Meski kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah telah meningkat, namun plastik tetap belum memberi solusi berarti. Sebab pengelolaan sampah dibutuhkan berbagai komponen pendukung.
Jika dibandingkan dengan jumlah limbah plastik dan pengelolaan, saat ini masih belum seimbang. Dimana jumlah konsumsi masih jauh lebih banyak dari para pengelola sampah. Maka hal ini menyebabkan kuota sampah plastik lebih cepat meningkat dari pada yang dikeluarkan menjadi produk pengelolaan sampah.
Nah itulah ulasan mengenai bahaya yang mengintai dari minuman kemasan anak. Selain menimbulkan bahaya bagi kesehatan, sampah plastik dari limbahnya juga berpengaruh pada peningkatan jumlah sampah.
Dengan demikian orang yang bijaksana akan berpikir ulang untuk mengkonsumsi minuman ini. Baik karena pertimbangan kesehatan, juga karena pertimbangan menjaga kestabilan lingkungan.