Kehadiran seorang bayi adalah momen yang membahagiakan bagi pasangan. Apalagi untuk perempuan karena saat itulah mereka berubah status menjadi seorang ibu. Namun dibalik kebahagiaan itu beberapa ibu mengalami lebih sering menangis, sedih, ataupun cemas berlebihan. Kondisi tersebut dinamakan sindrom baby blues. Sangat umum terjadi pada beberapa hari awal melahirkan.
Meski sering dianggap wajar, sindrom baby blues tidak boleh diabaikan begitu saja. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa berkembang menjadi penyakit mental lainnya, seperti postpartum sindrom. Oleh karena itu penting untuk ibu, pasangan, dan keluarga mengetahui tanda-tandanya agar bisa ditangani dengan baik. Mau tahu apa saja tanda tandanya? Yuk kita simak artikel ini sampai akhir.
Apa Itu Sindrom Baby Blues dan Penyebabnya?


Sindrom baby blues adalah kondisi emosional yang ditandai dengan perubahan suasana hati setelah melahirkan. Kondisi ini biasanya muncul dalam 2-5 hari pertama setelah melahirkan dan berlangsung selama 2 minggu. Gejala yang muncul biasanya perasaan sedih tanpa alasan, mudah tersinggung atau marah, merasa cemas atau khawatir berlebihan, dan sulit tidur.
Baby blues terjadi pada sekitar 57% ibu baru. Penyebabnya bukan faktor tunggal tapi kombinasi semuanya. Hanya saja perubahan hormon secara drastis diduga menjadi penyebab utamanya. Saat hamil, tubuh memproduksi hormon estrogen dan progesteron dalam jumlah yang tinggi. Setelah melahirkan, kadar kedua hormon ini menurun secara tiba-tiba, yang dapat mempengaruhi suasana hati.
Selain perubahan hormon, rasa sakit setelah melahirkan, kelelahan fisik dan kurang tidur karena mengurus bayi juga bisa menjadi faktor pendukungnya. Ditambah lagi jika adanya tekanan sosial dan kurangnya perhatian dari pasangan atau keluarga. Hal ini akan membuat ibu lebih kewalahan dan merasa kesepian.
Gejala Sindrom Baby Blues yang Perlu Diwaspadai


Meski tergolong ringan, sindrom baby blues tidak bisa disepelekan. Jika tidak ditangani segera hal tersebut tidak hanya mengganggu mental ibu, tapi juga membahayakan bagi sang bayi. Berikut ini tanda-tanda yang bisa dikenali:
1. Emosi Tidak Stabil
Mood swing adalah tanda yang paling umum. Seorang ibu bisa merasa sangat bahagia satu saat, lalu tiba-tiba menangis tanpa sebab yang jelas. Hal ini terjadi karena fluktuasi hormon pasca persalinan yang mempengaruhi kestabilan emosi.
Emosi yang naik turun ini bisa membuat ibu merasa bingung dengan dirinya sendiri. Ia bisa merasakan ledakan emosi yang tidak dapat dikendalikan. Situasi ini bisa sangat melelahkan secara emosional, terutama jika tidak ada dukungan dari pasangan atau keluarga.
2. Sensitif Berlebihan
Ibu yang mengalami baby blues lebih peka terhadap ucapan atau situasi di sekitarnya. Ia akan mudah tersinggung karena kritik ataupun komentar orang lain tentang caranya merawat bayi. Ini akan membuat mereka sedih dan merasa gagal menjadi ibu.
Sensitivitas ini juga bisa muncul jika ia tidak merasa dihargai atau diabaikan oleh pasangan dan keluarganya. Perubahan ini memang reaksi alami karena tekanan dan tanggung jawab menjadi ibu. Namun bisa berdampak pada suasana hati ibu keseluruhan.
3. Kelelahan Ekstrim
Ibu dengan sindrom baby blues sering merasa sangat lelah meskipun tidak banyak beraktivitas. Kurangnya tidur, menyusui di malam hari, dan jadwal bayi yang tidak teratur menjadi penyebab utama kelelahan ini.
Kelelahan yang terus-menerus dapat memicu rasa putus asa dan membuat ibu merasa tidak mampu menjalankan perannya dengan baik. Tubuh yang lelah juga cenderung memperburuk suasana hati, sehingga memperkuat baby blues.
4. Kecemasan Berlebihan
Kekhawatiran adalah hal wajar yang dialami seorang ibu baru. Ibu mungkin khawatir sang anak tidak mendapat cukup makan, tidur terlalu lama, berat badan anak tidak naik, dan mengecek anaknya bernafas atau tidak. Rasa khawatir yang dipelihara ini bisa menyebabkan stres. Ibu akan selalu dalam keadaan waspada, tidak tenang, dan tidak menikmati momen bersama bayinya.
Dalam jangka panjang, jika tidak ditangani dengan baik sindrom baby blues ini akan mengarah pada kondisi serius. Ibu yang emosionalnya tidak terkondisi dengan baik dapat menyebabkan air susu sulit keluar. Tentunya ibu menjadi tidak fokus dalam mengurus anaknya yang dalam kondisi ekstrim bisa menyebabkan anak gagal tumbuh.
Apa yang Bisa Dilakukan Untuk Mengatasi Baby Blues?


Dampak sindrom baby blues tidak hanya ke mental ibu, tapi juga tumbuh kembang dan hubungan emosional dengan anak. Minimnya komunikasi dengan anak sejak dini akibat emosi tidak stabil bisa mengganggu terjalinnya koneksi batin dengan anak. Berikut ini beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi baby blues secara mandiri.
- Cobalah beristirahat ketika bayi tidur. Kurang tidur dapat memperburuk suasana hati dan memperbesar resiko stres.
- Jangan ragu untuk meminta bantuan pasangan ataupun keluarga terdekat untuk mengurus bayi. Dukungan dari mereka bisa mengurangi beban mental. Meminta bantuan bukan tanda lemah.
- Ungkapkan perasaan Anda pada orang terpercaya. Berbicara tentang apa yang Anda alami bisa memberikan rasa lega dan membuat Anda merasa tidak sendirian.
- Sesekali ambillah waktu untuk melakukan hal yang Anda sukai, seperti mandi air hangat, membaca buku, atau berjalan-jalan ringan. Aktivitas ini dapat membantu mengembalikan energi positif.
- Menjaga pola makan dan nutrisi yang seimbang. Nutrisi mempengaruhi kestabilan hormon dan energi.
- Meski sibuk mengurus bayi, cobalah tetap berinteraksi dengan teman atau komunitas ibu baru lainnya. Berbagi cerita dan pengalaman bisa membuat Anda merasa lebih dimengerti dan tidak terisolasi.
Beberapa tips tersebut bukanlah pengganti dari perawatan medis. Jika setelah dua minggu kondisi tidak membaik, Sang Ibu bisa segera konsultasi dengan dokter atau psikolog untuk mendapatkan penanganan yang tepat.