Mengenal Tari Montro, Kesenian Khas Pleret yang Masih Dilestarikan Sampai Sekarang

Photo of author

Ditulis oleh Yuna Ni

Seorang lulusan S1 Pendidikan, saya menemukan arah tak terduga sebagai penulis artikel web sejak 2015. Setiap artikel yang saya tulis adalah refleksi dedikasi saya untuk membawa nilai-nilai edukatif ke dunia digital.

Tari Montro merupakan salah satu warisan budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini oleh warga Pleret, Bantul. Meskipun zaman terus berkembang, tari montro tetap dipertahankan sebagai simbol identitas dan kebanggaan warga Pleret. 

Sama seperti tari badui, tari montro telah diakui sebagai warisan budaya tak benda Indonesia dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengakuan ini semakin menambah kekayaan budaya Yogyakarta.

Mengenal Sejarah Tari Montro

Tarian Montro, Sumber: Youtube

Pada awalnya, tari montro merupakan tarian untuk menyemangati para prajurit yang akan berangkat perang. Kemudian tari montro berubah menjadi media dakwah yang semakin berkembang.

Semenjak Kanjeng Pangeran Yudhonegoro memberikan sentuhan pada lagu dan singir sholawat montro pada tahun 1939, tarian ini semakin digemari oleh masyarakat. Menurut laman budaya.jogjaprov.go.id, tari montro merupakan bagian dari seni selawatan.

Ketika tari dipentaskan, syair akan dinyanyikan dan diiringi dengan alat musik seperti rebana, bedug, dan kendang. Syair tersebut berisi puji-pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad. Pada awalnya tarian khas Bantul hanya dipentaskan di lingkungan Keraton Jogja. 

Namun seiring dengan berjalannya waktu tarian ini berkembang menjadi sarana dakwah dan sering ditampilkan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam. Selain maulid nabi, tarian ini juga sering dipentaskan pada hari-hari besar islam lainnya.

Menurut laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, istilah “montro” dalam bahasa Jawa berarti nama bunga mentimun, akan tetapi kata tersebut juga merujuk pada sebuah nama gending Jawa. 

Gerakan Tari Montro

Personil tarian Mantro, Sumber: Youtube

Tari montro dibagi menjadi beberapa gerakan seperti gerakan awal, hormat, trecet, dan sembahan. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai gerakan-gerakan pada tari montro.

1. Gerakan Awal

Penari memegang kipas dengan posisi menutup, di tangan kanan. Kedua tangan mengepal dengan ibu jari di atas kemudian kepalan tangan diletakkan di pundak. Kedua kaki diangkat secara bergantian mengikuti tempo musik sambil bergerak di tempat. 

Gerakan tangan dimulai dengan ayunan tangan kiri ke bawah, kemudian tangan sebelah kanan berada di posisi yang lebih tinggi dari tangan kiri. Selanjutnya, kaki kiri diangkat terlebih dahulu.

2. Hormat

Setelah gerakan awal, posisikan tubuh dalam kondisi siap. Kedua tangan dikepal dan diletakkan di bahu sedangkan tangan kanan memegang kipas. Pada hitungan ke 3 dan ke 4, tangan kanan yang memegang kipas digerakkan ke arah kanan bawah, membentuk sudut 45°.

Sementara tangan kiri diletakkan di pinggang. Kaki kiri diletakkan di belakang kaki kanan dengan tubuh sedikit direndahkan dan kaki agak ditekuk. Pandangan diarahkan ke kipas. Pada hitungan ke 7 dan ke 8 tubuh kembali ke posisi siap.

3. Trecet

Pada hitungan pertama dan kedua, tubuh penari menghadap ke arah kanan. baru pada hitungan 3 sampai ke 6 penari melakukan gerakan trecet. Trecet yaitu menggerakkan kaki secara bergantian antara kanan dan kiri secara cepat.

Pada hitungan ke 7 dan ke 8, penari berbalik menghadap ke depan dengan melakukan sedikit loncatan agar gerakan terlihat indah. Posisi kipas tetap terbuka dan diletakkan di depan perut, sedangkan tangan kiri berada di pinggang.

4. Sembahan

Pada hitungan pertama tangan kanan dibuka dan digerakkan ke atas tangan kiri tanpa menempel. Telapak tangan menghadap ke bawah. Setelah masuk hitungan kedua, tangan kanan digerakkan ke paha kanan dengan telapak terbuka.

Setelah itu, serongkan ke kanan atas di hitungan ke 3. Gerakan ini diulang pada hitungan ke 4 hingga ke 6. Baru setelah masuk hitungan ke 7 tangan kanan dan tangan kiri dipertemukan di posisi serong kiri atas dengan telapak tangan menghadap penari. 

Setelah masuk pada hitungan ke 8, tangan ditelungkupkan. Selanjutnya, tangan digerakkan ke depan dan belakang, lalu membentuk lingkaran seperti mengacungkan jempol, dengan kepala melakukan gerakan pacak gulu.

Beberapa Fakta Menarik Tentang Tari Montro

https://yogyaku.com/kampung-batik-jogja/12126/
Ilustrasi tarian Mantro, Sumber: upload.wikimedia.org

Dibalik gerakannya yang cukup rumit, ada beberapa fakta menarik tentang tari montro yang perlu Sedulur Yogyaku ketahui. Berikut ini adalah beberapa diantaranya.

1. Pemain Tari Montro

Kesenian tari khas Bantul ini terdiri dari tiga kelompok utama yaitu wiraswara, wiyaga, dan wiraga. Wiraswara adalah orang yang bertugas membacakan sholawat atau kisah kelahiran Nabi Muhammad atau dikenal juga sebagai dalang. 

Wiyaga adalah mereka yang memainkan alat musik untuk mengiringi bacaan sholawat. Sedangkan wiraga adalah penari yang mengikuti alunan sholawat dan musik yang dimainkan oleh wiyaga. 

Untuk menjadi wiraswara, seseorang harus memiliki kemampuan membaca huruf Arab pegon, suara yang merdu, dan pengetahuan agama yang mendalam. Biasanya, dalang dalam pertunjukan sholawat montro adalah tokoh agama atau figur yang dihormati oleh masyarakat.

2. Waktu Pementasan

Kini kesenian tari khas Bantul ini tidak hanya dipentaskan saat perayaan Maulid Nabi saja akan tetapi dalam berbagai kegiatan budaya seperti rebo pungkasan dan sekaten juga sering ada. Banyak masyarakat yang mengundang penari montro untuk acara-acara khusus.

Contohnya seperti hajatan, mohon doa, atau keinginan tertentu atau ingin turun hujan. Kelompok tari montro yang terkenal di tingkat lokal dan nasional adalah “Suko Lestari” dari Dusun Kauman, Pleret, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul.

3. Memecahkan Rekor MURI

Bantul Creative City Festival 2023 yang digelar di Pantai Parangkusumo menghadirkan acara “Pecah Rekor MURI Flashmob Tari Sholawat Montro” sebagai bagian dari upaya melestarikan seni budaya di Kabupaten Bantul. 

Ada lebih dari 10.000 penari yang terdiri dari siswa siswi SMA, SMK, dan MA se-Kabupaten Bantul turut memeriahkan acara tersebut. Dengan jumlah penari yang sangat besar, festival berhasil mencetak rekor MURI untuk tari montro dengan jumlah penari terbanyak.

Keberhasilan Bantul Creative City Festival dalam memecahkan rekor MURI untuk tari sholawat montro bisa menjadi inspirasi untuk pelestarian tari-tarian tradisional lain seperti tari oglek, tari indang, dan tari remo.

Terlepas dari capaian yang luar biasa tersebut, sebenarnya tari montro hanya ditampilkan oleh kurang dari 10 pria dan hanya ditampilkan di kalangan keraton pada hari besar islam. Bagaimana, tertarik untuk menyaksikan pertunjukkan tari montro secara langsung?.